Aku tidak menyangka, teman Lucy adalah seorang bos. Begitu juga dengan Ary. Sebab, sebelum berangkat Lucy tidak memberitahu kami.
Pak Arman, umur 24 tahun, seumuran dengan Lucy. Muda dan cerdas. Beliau adalah pemilik Terbit Bersama Arman (TBA), usaha penerbitan buku.
Arman cukup dikenal di pusat Kota Jakarta. Karena usahanya itu, banyak para novelis dan penulis dari berbagai kalangan menerbitkan buku mereka bersama TBA.
"Selamat datang, Pak Ary. Senang bertemu dengan Anda" sambutan Arman yang ramah dan dingin. Saat kami tiba di kantornya.
"Saya sudah membaca isi novel Anda yang dikirimkan Lucy beberapa hari lalu memalui email pribadiku. Saya tertarik dengan novel Anda. Makanya, saya menyuruh Lucy mengajakmu ke sini agar Anda dan saya bisa bertemu hari ini. Apakah Anda bersedia menerbitkan novel Anda bersama TBA?" lanjut Pak Arman.
Ary sangat terkejut dan senang setelah mendengar ucapan Pak Arman. Karena Ary tidak menyangka bahwa, ajakan Lucy tadi tujuannya memperkenalkan dirinya dengan Pak Arman.
"Iya. Maaf, Ary. Saya diam-diam "mencuri" file mu dan mengirimkannya kepada Pak Arman" kata Lucy.
"Tidak apa-apa, Lucy. Justru saya berterima kasih karena sudah memperkenalkan saya dengan Pak Arman, juga novelku. Sudah lama novel itu saya tulis dan ingin menerbitkannya, tapi saya belum punya cukup uang!" Jawab Ary.
"Soal biaya percetakan, Ary tidak perlu pikirkan. Nanti kita bagi hasil, 50 persen untuk Ary dan 50 persen untuk saya. Bagaimana?" tanya Pak Arman.
"Oke, deal." Ary sepakat dengan tawaran Pak Arman.
Novel Ary pun diterbitkan oleh TBA. Setelah diterbitkan, novel Ary laris di pasar atau toko buku. Sehingga karyawan TBA cukup kawalan mencetak novelnya karena permintaan pasar tinggi. Dan karir Ary pun meroket.
Akhirnya, Ary membeli sebuah rumah dan kami tinggal bersama. Sedangkan Lucy, hanya seminggu tinggal bersama kami. Setelah itu, Lucy pulang ke Kalimantan.
***
"Leo, apa kabar?" suara ibu menanyakan kabarku melalui telepon.
"Puji Tuhan. Leo sehat, Bu" sahutku pada ibu.
Aku baru ingat, satu minggu lagi adikku, Emil, akan mengikuti ujian di SMA.
"Bagaimana kabar ibu sama bapak di sana?" aku bertanya balik pada ibu tentang kabar keluargaku, sebab sudah lama aku tak menghubungi mereka.
"Bapak sama ibu sehat-sehat di sini" jawab ibu.
"Apa Leo sudah mendapat pekerjaan di sana?" lanjut ibu bertanya.
"Belum, Bu!" rasanya tak tega mengatakan hal itu pada ibu. Namun mau bagaimana lagi, aku tak mungkin berbohong padanya.
"Minggu depan adikmu ujian" lanjut ibu singkat. Dan sudah kuduga ibu akan bertanya demikian.
"Iya Bu. Nanti Leo usahakan" jawabku pada ibu dan berusaha meyakinkan ibu agar ibu tak cemas memikirkan uang ujian adikku.
Setelah menyudahi pembicaraanku dengan ibu di telepon. Aku berpikir harus mencari uang ke mana? Meminjam uang Ary? Itu tak mungkin! Dalam hati bergumam. Sebab aku malu karena Ary sudah memberiku tumpangan tinggal di rumah ini.
Bersambung ...
Weda, 28 Mei 2023
Arnol Goleo [09:02]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H