"Langsung saja kelompok mana lebih dulu presentasi, silakan." Kata pak Daeng saat masuk kelas kami.
Satu jam kemudian, tiga kelompok sudah selesai presentasi hasil riset mereka di depan kelas. Kini giliran kelompok kami yaitu kelompok dua.
Setelah duduk di kursi masing-masing yang telah disiapkan di depan itu, mereka kebingungan.
"Kalian tunggu apa lagi." Kata pak Daeng mendatar. Karena sudah tiga menit mereka di depan namun belum juga presentasi.
"Apa kalian tidak buat makalah atau kelompok kalian tidak melakukan riset?" tanya pak Daeng sambil berdiri dari tempat duduknya itu.
"Aisyah, mana Leo?" lanjutnya. Namun Aisyah diam.
"Leo lagi pergi ke Toilet pak." Sahut salah satu mahasiswa di kelas.
"Saya sudah memberikan waktu selama seminggu masa kalian tidak buat. Kalau hari ini kalian tidak presentasi nilai kalian nol, mau?" Kata pak Daeng sambil melangkah ke arah mereka.
"Permisi pak." Aku masuk langsung menuju tempat dudukku di pojok kelas. "Leo, ke sini kamu." Pak Daeng dengan suara lantang memanggilku.
"Baik pak." Aku pun cepat-cepat mengambil tasku langsung maju ke depan.
"Leo, kenapa kelompok kalian tidak buat makalah, hah? Kalian tahu kan bahwa hari ini presentasi?" Pak Daeng benar-benar kesal terhadap kami.
"Maaf pak, kami sudah buat makalahnya" jawabku pelan dengan bibir bergetar. "Mana?" Pak Daeng sambil menggerakkan tangannya. "Ini pak" sambil Aku mengeluarkan makalah dari dalam tasku.
"Ya sudah, silakan presentasi." Pak Daeng kembali ke tempat duduknya.
Seusai persentasi di kelas. "Kalian takut tidak saat Pak Daeng membentak kita di kelas?" tanya Aisyah ketika kami duduk di warung kopi.
"Saya bukan saja takut tapi malu juga." Salah satu dari teman kami menjawab. "Iya, saya juga." Lanjut Babang.
Sedangkan aku hanya diam menikmati percakapan mereka.
"Leo, kenapa diam?" tanya Meri. "Dia kesal soalnya kemarin kalian bertiga tidak datang untuk menyusun makalah kita." Aisyah berbisik kepada Meri.
"Maafkan kami Leo, gara-gara kami jadinya kamu kena marah juga dari Pak Daeng." Meri memohon kepadaku agar aku dapat memaafkan mereka.
"Aku paling tidak suka kalau masalah pribadi dilibatkan dengan tugas kelompok." Sahutku mendatar.
"Kemarin kalian ke mana saja? Aku tidak mau nilaiku jelek. Makanya aku inisiatif buat sendiri makalahnya karena ayah dan ibuku bukan seperti orang tua kalian yang sudah mapan." Mereka semua diam merunduk saat aku mengatakan hal itu.
"Kalau nilaiku jelek dan harus kontrak ulang mata kuliah yang tertinggal. Aku makin lama kuliahnya. Bagaimana dengan nasib orang tuaku di sana bila aku hanya hura-hura di kampus" ketusku.
 "Ya sudah lah, tapi lain kali jangan begini" lanjutku. Semua masih dalam keadaan diam.
Beberapa menit kemudian. "Sebagai permintaan maaf kami hari ini semua makanan dan minum saya dan Meri yang bayarkan. Dan besok, kita ke toko buku. Terserah, Leo mau beli buku apa." Kata Aisyah.
Karena aku suka membaca, Aisyah mengalihkan topik pembicaraan kami agar amarahku redah.
"Jangan marah melulu, ntar Aisyah takut dekat-dekat sama kamu lagi." Lanjut Meri dengan canda.
"Cieeee!" teman-teman lain berkata. Akhirnya aku malu dan tak tahu lagi mau bicara apa.
"Apa-apaan sih kalian!" kata Aisyah dengan pipinya memerah.
Bersambung...
Bailengit, 21 Februari 2023
Arnol Goleo [22:25]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H