Saya memberitahukan kepada kalian bahwa rengking satu di kelas ini (kelas XA) adalah aku sedangkan XB adalah Henri. Kami berdua juara absen. Kata Pak Sangir.
Malu Aku ketika mendengar ucapan Pak Sangir itu. "Tapi jangan salah, nilai kimia Leo tinggi loh." Lanjutnya wali kelas kami itu.
"Besok saya belum masuk sekolah" kata Henri. "Kenapa?" Aku bertanya padanya. "Besok saya mau pergi" sahut Henri. "Oh!" dengan muka masam aku menjawab. "Iya" lanjut Henri.
Malam itu, aku tidur di rumah paman Tanel. Sekitar pukul 05:00 aku mendengar suara tangis, aku pun membangunkan paman. "Paman, bangun! Paman aku dengar ada suara orang menangis" sambil membangunkan paman. "Suara itu dari mana?" paman bertanya.
Aku mendengar suaranya dari arah sana (sambil menunjuk ke arah rumahku). "Kayaknya opa Beo yang meninggal soalnya opa sudah lama terbaring di tempat tidurnya."
Pagi-pagi benar kabut masih bertengger di udara saya pulang dari rumah paman Tanel. Sampai pertigaan aku melihat kerumunan orang banyak di rumah om Ucak. Namun aku tak perduli, aku terus berjalan menuju rumah.
Sampai di depan rumah, masih di atas aspal, Inyo dengan sepeda motor zuzukinya itu berhenti dan menghapiri karena melihatku. "Katanya Henri yang meninggal?" ucap Inyo. "Ah masa?" Aku kaget. "Iya, makanya saya ke sini." lanjutnya.
"Ya Tuhan. Aku pikir tadi banyak orang menangis di rumah om Ucak yang meninggal opa Beo. Berarti betul, itu Henri yang meninggal bukan opa Beo."
"Oke Leo saya mau melihat dia dulu." ucap Inyo sebelum ia pergi. "Oke Inyo, aku juga siap-siap mau berangkat ke sekolah untuk memberitahukan ini kepada Kepala Sekolah soal Henri."
Sekitar pukul 06:30, karena belum ada siswa siswi di sekolah begitu pun dengan guru-guru, aku pun langsung ke rumah Kepala Sekolah.
"Permisi! Selamat pagi." sambil mengetok pintu rumah Kepala Sekolah. Krekkk! Bunyi pintu rumah Kepala Sekolah. "Pagi, eh Leo mari masuk. Ada apa pagi-pagi sudah datang?" Ibu guru menyahut.
"Ibu.. Ibu.. Henri telah meninggal." Aku langsung to the point. " Ah, kapan?" Ibu dengan wajah bersimpati. "Tadi subuh sekitar jam 03:00."
"Oke! Kalau begitu kamu ke sekolah sekarang dan tunggu bapak ibu guru datang nanti kita sama-sama ke rumah duka." Sambil masuk beranjak dari tempat duduknya itu. "Baik ibu." Aku pun beranjak dari situ langsung ke sekolah.
Tiba di sekolah satu persatu siswa siswi mulai berdatangan juga guru-guru. Kami pun apel di depan Kantor Kepala Sekolah mulai dari kelas X-XII. "Hari ini libur karena teman kalian Henri telah berpulang kepada Sang Bapa. Dan Hari ini juga kita berangkat ke rumah duka."
Saat itu kami seluruh sekolah dirundung duka sebab kami seperti satu keluarga di sekolah itu. Kami pun berangkat saat itu juga ke rumah duka dengan beberapa guru serta siswa siswi. Siswa siswi tidak semua ikut hanya yang memiliki kendaraan.
Bersambung...
Bailengit, 5 Februari 2023
Arnol Goleo[14:53WIT]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H