Namun, ditengah banyak orang diumumkan dan disebutkan juga juara absen/alpa terbanyak atau juara satu untuk kelas X (sepuluh). Karena siswanya banyak kelas kami dibagi dua kelas yaitu kelas XA dan kelas XB. Kelas XA absen/alpa terbanyak nama saya muncul dan kelas XB nama Heri Djanga.
Sehingga, kami berdua naik kelas bersyarat. Syaratnya adalah tidak boleh lalai absen dan uang komite tidak boleh tertunggak selama 6 bulan, bila kami melanggar itu kami akan di turunkan dari kelas XI ke kelas X (sepuluh). Setelah naik kelas XI (sebelas) beliau dipanggil Sang Kuasa.
Ketika saya memberitahukan bahwa salah satu teman kami meninggal dunia dan karena kepedulian pihak sekola (SMA BPD Tolabit) hari itu (satu hari) kami diliburkan dan mengikuti pemakaman. Sungguh, saya bangga padamu sekolahku.
Namun sangat disayangkan seusai kami lulus sekitar satu tahun kemudian SMA tersebut tutup. Apa karena Kepala Sekolahnya di ganti (dimutasi) shingga sekolah tersebut tutup? Entahlah!
Yang pasti karena dimutasinya Kepala Sekolah sehingga berakibat SMA BPD Tolabit tutup. Selain itu, setelah memutasikan Kepala Sekolah sejak saya naik kelas dua, siswanya mulai berkurang atau pindah ke sekolah lain yang pada akhirnya SMA tersebut pun tutup.
Bailengit, 27 Oktober 2022
Arnol Goleo  [22:07 WIT]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI