Hai kompasioner kita jumpa lagi dengan diary Arnol.
Namun sebelum membaca diary Part III ini alangkah baiknya kompasioner terlebih dahulu membaca Diary Part I dan II.
Kita lanjut...
Mengapa tahun 2014 adalah tahun yang menyedihkan?
Sebab ada anak "berpisah dari orangtua diusir dari rumah, rumahtangga terpecah belah, dan masih banyak lagi peristiwa peristiwa menyedihkan lainnya yang kami alami di tahun itu."
Di tahun itu pula saya mengalami banyak peristiwa menyedihkan karena saya juga pernah diusir dari rumah karena tidak ikut keinginan orangtua yaitu "pindah gereja."
Selain itu, memasuki tahun 2015 hampir saya berhenti melanjutkan sekolah di bangku SMA karena kurangnya support dari orangtua, waktu itu sudah dekat saya diperhadapkan dengan Ujian Nasional.
"Tahun itu juga hari-hariku dipenuhi dengan air mata, meja makan jadi saksi setiap makanan yang masuk ke mulutku bersamaan dengan tetesan air mata, sungguh betapa sakitnya."
Bukan hanya itu saya hampir mencari jalan pintas yaitu "bunuh diri" untuk mengakhiri peristiwa menyedihkan tersebut. Namun, untung saja saya tidak melakukan hal itu kesabaranku masih ada walau sedikit hingga saya bisa melanjutkan studi sampai di Perguruan Tinggi.
***---
Setelah selesai merayakan Kelahiran Sang Juruselamat dan tahun baru. Pada bulan Januari 2016 saya pun balik ke tempat studi dan perjuanganku masih berlanjut.
Singkat cerita. Kini saya memasuki pertengahan tahun 2016 adikku (anak kedua) pun selesai di bangku SMK dan melanjutkan studi. Anehnya ia juga masuk di Perguruan Tinggi yang sama yaitu Universitas Sam Ratulangi.
Padahal sejak awal ayahku tak mengizinkanku melanjutkan studi di luar daerah begitu pun dengan adik-adiku kelak. Tetapi kenapa adikku juga kuliah di kampus yang sama?
Bailengit, 2 September 2022
Arnol Goleo