Cerita ini kutuliskan untukmu tuan!
Cerita anak desa yang dikelilingi oleh kekayaan alam melimpah ruah
Yakni alam Kao Barat di sana adalah tempat emas mengalir
Katanya, dalam lirik sebuah lagu.
Beberapa hari lalu telah kita lewati
Sudah tujuhpuluh tujuh tahun kita merdeka
Tujuhpuluh tujuh tahun kita kenang
Jasa Para Pahlawan
Dengan suara lantang kita gaungkan, merdeka!
Tetapi merdeka untuk siapa, wahai tuan-tuanku?
Ingin kusampaikan pesan ini pada tuan
Namun tak bisa
Sebab tuan jauh di sana
Dan dikelilingi oleh tembok-tembok besar
Tembok berlapis baja tak mungkin kulewati
Karena aku hanya seorang pengembara Pengembara biasa yang mengharapkan belas kasihan dari tuan!
Aku tidak seperti mereka yang pandai merayu
"Merayu-mu dengan selembar kertas putih bertuliskan tinta hitam di atasnya
Dengan mudah kau mengatakan, selamat!"
Karena itu ...
Aku ingin menuliskan sebuah cerita
Ku kirimkan lewat udara
Diperantarai oleh frekuensi
Tetapi, itupun tidak mudah
Dibutuhkan perjuangan
Perjuangan melawan waktu
Sampai kesehatanku sebagai jaminannya
Hanya untuk mengirimkan sebuah goresan kecil ini di tengah malam
Sebab di sini sinyalpun sulit didapat.
Apakah ini yang disebut merdeka, tuanku?
Bagaimana dengan sebuah lirik lagu,
bahwa di sini adalah tempat emas mengalir?
Tentu saja iya, ada
Tetapi entahlah!
Yang ku tahu hulunya emas
Namun tak tahu hilirnya
Seandainya alam bisa bicara
Akan ku sampaikan padanya: Jangan lupa pulang
Sebab anakmu menunggumu di sini!
Bailengit, 22 Agustus 2022
Arnol Goleo
Baca juga:
Puisi pilihan: 1. Maafkan Aku Tuhan
              2. Membunuhku Tanpa
                 Menyentuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H