Ia menjawab. Sabar dulu, dengan nada suara yang lembut ia berkata: satu tahun lagi kamu di sini (Manado) belajar bersama saya (menambah ilmu, wawasan) supaya kamu lebih siap ketika pulang ke kampung halaman.
Sungguh betapa pedulinya seorang sahabat memikirkan masa depanku yang tak kudapatkan selama berstudi. Saking pedulinya Ia bekata lagi Nol itulah bahasa akrab yang sering disapa ke saya 'bilang sama kedua orangtuamu' kamu sabar dulu pulang.
Tetapi keinginan saya sudah bulat, yaitu pulang. Ia pun menyiakan. Okelah kalau kamu ingin pulang!
Tapi ingat pesan saya ketika pulang nanti usahakan kamu jangan diam di kampung. Artinya kamu harus "keluar dari kampung" sebisa mungkin berjuang untuk sukses kalau di sana kamu belum mendapat pekerjaan jangan sungkan untuk balik ke sini (Manado) kita sama-sama berjuang untuk bisa sukses di masa yang akan datang.
"Saya sudah pengalaman Nol jangan keasyikan dengan zona nyaman kamu harus keluar dari zona nyaman, kamu tidak boleh menyia-nyiakan masa mudamu." Tuturnya.
Saya hanya diam, namun pesan itu sampai hari ini masih membekas di dalam ingatanku.
Saya yakin suatu saat nanti kita bisa duduk bersama lagi seperti dulu di kosan, kampus, kantin atau di tempat yang berbeda namun pertemuan kali ini mungkin sudah berbeda, kita sudah sukses semua.
Dan masa lalu menjadi kenangan indah perjuangan kita untuk meraih kebahagian dan kemakmuran yang selama ini kita impikan. Ketika kita bertemu kita sudah sukses semua. Dan itu pasti.
Kiranya Sang Kuasa memberikan kita kesehatan serta umur panjang. Bila ada kesempatan kita kan jumpa lagi di Bumi Nyiur Melambai Kota Tinutuan (Manado).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H