Mohon tunggu...
Nolwi
Nolwi Mohon Tunggu... Usaha sendiri -

Akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.(Mahatma Gandhi 1869-1948)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemberian Dana BLT 5 Juta dan RT/RW 1 M Sementara, Program yang Membodohi Rakyat?

16 Januari 2017   10:55 Diperbarui: 16 Januari 2017   11:19 2348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Semoga saja rakyat Jakarta tidak terprovokasi mau dibodohi  dengan iming-iming janji,  akan menerima BLT 5 Juta/tahun sementara, RT/RW 1 Milyar sementara...ingat kata sementara selalu di camkan setiap menyebut kata 5 juta ataupun 1 milyar. Artinya apa, artinya marilah kita coba mencermatinya.    

Mudah-mudahan rakyat Jakarta semakin cerdas dan tidak  terjebak dengan janji-janji seolah bagi-bagi uang tunai oleh seorang calon Gubernur DKI. Jangan pula semua rakyat Jakarta seolah mimpi akan menerima setiap tahunnya uang cash sejumlah 5 juta Rupiah tersebut. Atau para RT/RW nya akan mendapat bantuan mendekati 1 Milyar.

Lagi-lagi potensial pembodohan secara tak langsung kepada rakyat Jakarta terus dilakukan dengan janji iming-iming uang ini. Semakin sering memberi janji calon tersebut maka semakin menunjukkan kelemahannya dan tanpa sadar telah masuk perangkap terhadap janji-janji yang dilakukan. 

Nampaknya tak perlu harus mikir keras  bagaimana caranya agar rakyat Jakarta semakin sejahtera dengan cara yang benar.  Tetapi justru sebaliknya dengan rumus dianggap  cespleng,  yakni bak seorang sinterklas yang suka membagi-bagi hadiah pada anak kecil. Maka segala problem di Jakarta akan terselesaikan, semakin diberi bantuan tunai, maka seolah rakyat Jakartapun akan semakin sejahtera?

Benarkan demikian?. Marilah kita cermati dalam debat pertama calon gubernur DKI yang lalu. Berkali-kali si calon tersebut mengatakan bahwa BLT dan Bantuan utk RT dan RW akan diberikan dengan nominal sekian-sekian Rupiah. Tetapi sehabis menyebut sekian Rupiah pertahunnya, jangan lupa selalu di selipkan kata-kata ini hanya SEMENTARA saja.

Ingat,  kata sementara inilah yang tidak dicermati oleh rakyat pada umumnya. Permainan kata-kata yang nyaris sempurna, seolah membius para pendengarnya dengan menyebut nominal tertentu lalu selanjutnya secara perlahan disebutkan hanya sementara.

Artinya apa? jika disebut sementara, jawabannya adalah bahwa tidak ada yang tahu kapan batas sementara itu dimulai ataupun di akhiri. Bisa jadi kata sementara di artikan baru satu kali terima maka setelah itu bantuan akan di stop, kan suka-suka yang memberi bantuan, namanya juga sementara.

Sehabis itu jika calon tersebut benar terpilih maka selanjutnya rakyat akan di buat gigit jari dan akan menghadapi berbagai jurus ngeles  dengan berbagai teknik diplomasi muter-muter agar lebih keren sesekali diselipi dengan istilah English. 

Saat itulah rakyat baru sadar bahwa ini cuma akal-akalan politisi dadakan yang masih perlu dimentori. Untuk itulah kepada rakyat,  maka sebelum terlambat dengan hayalan akan menerima 5 juta pertahun, tapi ujung-ujungnya tak jelas. Adalah lebih baik mencari tahu bagaimana program BLT ini, yang pernah di lakukan sebelum-sebelumnya.

Bandingkan  janji  pada rakyat yg akan menerima  BLT  sebesar 5 Juta per tahun dan sifatnyapun hanya sementara. Maka jika kita hitung-hitung  perbulannya  yang akan diterima oleh keluarga miskin hanya sebesar  5 juta dibagi 12 bulan yakni sekitar Rp. 417.000 ribuan perbulannya. Uang sekecil ini tak beda jauh dengan program BLT 300 ribu rupiah di pemerintahan sebelumnya.

Sekarang di jaman Ahok menjadi gubernur, rakyat justru menerima bantuan lebih besar yakni, masing keluarga telah mendapat subsidi KJP sebesar Rp. 600.000 perbulan per orang. Jadi jika satu rumah ada 3 orang  anak, artinya perbulan keluarga terebut akan menerima dana Cash dalam bentuk KJP (bantuan pendidikan) sebenar 1,8 Juta perbulan dan program ini sampai sekarang masih berlangsung.

Belum lagi kepada keluarga-keluarga miskin yang telah mendapat subsidi harga-harga sembako murah dan subsidi transportasi naik transjakarta secara gratis. Maka jika di total, bantuan kepada keluarga miskin di Jakarta sudah cukup besar dan ini sudah nyata terealisasikan.

Jadi jika ada yang mengiming-iming bantuan per keluarga 5 Juta pertahun dan janji-janji itupun masih diselipkan kata-kata sementara. Anda-anda yang punya nalar sehat tentu akan mikir untuk memilih calon pemimp ini seperti ini.

Secara hitung-hitung ekonomi,  income yang diterima akan lebih kecil jika dibanding dengan yang diterima selama ini diwujudkan dalam bantuan  kartu KJP dan subsidi pembelian sembako secara murah lainnya, serta subsidi transportasi naik bus transjakarta.

Secara alami rakyat yang cerdas tidak akan memilih income yang lebih kecil. Apalagi tambahan income sebesar 5 juta pertahun atau 417 ribu berbulan sifatnya hanya sementara. Artinya sebulan diterima lalu langsung di stop dengan alasan sementara selalu akan bisa terjadi.

Belum lagi janji akan memberi bantuan kepada RT/RW sebesar   1 Milyar pertahun. Bisa kita bayangkan jika seorang ketua RT/RW menerima uang tunai sebasar 1 Milyar setiap tahunnya. Maka yang akan terjadi adalah rakyat akan rebutan  untuk menjadi pengurus  RT/RW.  Jika uang ini tidak dikelola dengan transparan, bukan bisa jadi  justru akan menjadi embrio potensi konflik antar warga dengan para pengurus RT nya. Gesekan-gesekan dilapangan tentu akan terjadi setiap tahunnya menjelang cairnya bantuan ini. Pengurus RT/RW akan selalu sibuk bagaimana caranya menghabis-habiskan dana ini. Sementara bukan tidak mungkin justru urusan pelayanan kepada rakyat akan terabaikan.

Jadi indikatornya sederhana saja, apakah RT/RW selama ini benar kerjanya atau tidak. Yaitu jika ada RT/RW yang sangat bersemangat untuk menentukan pilihannya pada program 1 milyar ini. Maka bukan tidak mungkin RT/RW tersebutlah yang akan menjadi potensi konflik mendatang..

Semoga saja tidak…

Salam nusantara….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun