Merampok Aset BAPERKI Unreca (USAKTI), Diperebutkan Tanpa Malu Seolah Harta Pribadi.
Peristiwa penyerangan untuk memperebutkan aset perguruan universitas Trisakti baik oleh pihak yayasan yang datang dengan membawa sekitar 70 an orang, seolah menganggap merekalah pemilik Universitas Trisakti yang sah, sungguh suatu perbuatan yang tak pantas.
Mengapa tak pantas, marilah kita buka sejarah lahirnya universitas ini, yang dulu bernama universitas Res Publica. Nama ini sebenarnya adalah nama yang diberikan oleh Presiden Soekarno yang berarti untuk kepentingan umum.
Universitas ini mulai berdiri pada tahun 1958 oleh suatu ormas yang bernama BAPERKI. Baperki sendiri adalah singkatan dari Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia. Ormas ini lahir sekitar tahun 1954 tepatnya tanggal 13 Maret. Sebagian besar pendiri dan pengurus ormas ini adalah mereka-mereka keturunan Tionghoa dengan berbagai profesi, mulai dari wartawan, pengacara, aktifis politik dsb nya.
Kedekatan ormas ini dengan Presiden Soekarno lah, nama unreca disampaikan dalam salah satu pidato kenegaraannya presiden Soekarno memberikan nama Res Publica (UNRECA), tahun 1962 Â kepada salah satu perguruan tinggi yang didirikan oleh ormas ini.
Tapi sejalan dengan waktu, pergantian kekuasaan tahun 1965 maka membuat yayasan ikut pula di kebiri. Karena sebagian dari pengurus yayasan ini banyak yang di tahan atau melarikan diri keluar negeri karena dianggap dekat dengan gerakkan komunis. Beberapa gedung dan sekolah-sekolah mereka disita oleh pemerintah yang berkuasa saat itu.
Salah satunya yaitu universitas Res Publica, pengambilan alihan UNRECA oleh pemerintah dibuktikan dengan Surat Keputusan Menteri PTIP Nomor 013/da/1965 yg ditandatangani oleh Dr. Sjarif Thajeb. Sekaligus mengganti atau menghilangkan nama UNRECA (universitas Reblica) menjadi nama baru yaitu Universitas Trisakti.
Keputusan politik ini tentu membuat kita akan bertanya-tanya bagaimana dengan Baperki, Baperki hilang bak ditelan bumi, para aktifisnya ketakutan sembunyi , seolah dilema dua pilihan antara dituduh sebagai komunis atau tiarap agar tak dituding dengan berbagai hal yang berbau komunis.
Tapi paling tidak kalau kita mau jujur membuka sejarah kembali, turunan para aktifis Baperki ini tentu masih ada. Tapi tentu mereka tidak akan pernah berani untuk mengutak utik nama apalagi berbagai asset Baperki yang banyak disita, entah oleh pemerintah maupun oleh perorangan. Menyelamatkan diri saja susah apalagi menyelamatkan harta.
Kesimpulannya sementera ternyata nama bersar Universitas Trisakti sekarang ini, dulu nya adalah bernama Univesitas Res Publica (UNRECA) yang dimiliki oleh ormas Baperki. Diambil alih oleh pemerintah artinya di kelola oleh Negara dan harusnya Negara mengakui ini dan meminta maaf atas penyitaan ini.
Tapi yang terjadi adalah, Universitas milik Baperki ini sekonyong seolah diklaim menjadi asset suatu yayasan, dan sekarang mengklaim seolah merekalah pemilik universitas Trisakti yang sesungguhnya.
Tentunya membaca sejarah yang sederhana ini, tidak harus professor atau doctor yang hebat-hebat untuk mengakui bahwa ini adalah asset baperki yang disita pemerintah lalu di klaim seolah menjadi asset suatu yayasan tertentu.
 Jika sampai Profesor atau doctor tak mengerti sejarah, sungguhnya sangat keterlaluan. Apakah karena demi memperebutkan asset Baperki yang sekarang mungkin bernilai ratusan milyar. Lalu membutakan keintelektualan mereka untuk berpikir rasional. Sehingga rasa malu dan harga diri sudah tidak dianggap lagi.?
Seolah harta rampokkan diklaim menjadi harta sah milik mereka dengan berbagai manuver dan berbagai logika hukum. Tapi tetap saja sejarah kebenaran tak dapat di coret dari nama Baperki dan Unreca ternyata  merekalah pendiri sekaligus pemilik awal yang sah.
Berhentilah menggunakan cara rampok untuk mengklaim asset Beperki yang di ambil Negara, kembalikan saja asset ini kepada Negara yang telah mencaploknya ditahun 1965. Jika memang nanti ada warisan turunan pengurus ormas yang menggugat, biarlah pemerintah yang menghadapi. Tapi bukannya suatu yayasan atau apalah namanya yang maju tanpa rasa malu mengatakan itu adalah milik mereka.???
Saalam nusantara…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H