Mohon tunggu...
Nolwi
Nolwi Mohon Tunggu... Usaha sendiri -

Akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.(Mahatma Gandhi 1869-1948)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mendorong Risma ke Jakarta, Padahal Mendepak Halus Lawan Tanding Pilgub Jatim

2 Agustus 2016   17:53 Diperbarui: 2 Agustus 2016   18:00 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nampaknya pertarungan Intern PDI-Perjuangan demi Pilgub Jatim semakin terbuka, seolah dengan cara halus mendepak Risma ke pilgub DKI.

Entah apa dalam ingatan sekelompok orang di internal PDI-Perjuangan soal pencalonan pilgub DKI. Terlihat nyata untuk kurawa-kurawa ditingkat daerah sangat berani bersuara di media seolah amat tak menyukai Ahok. Bisa dilihat dari beberapa statement anggota DPP maupun DPD PDI Perjuangan soal pilgub terutama soal pencalonan Ahok sebagai calon Gubernur yang akan di dukung parpol tersebut.

Cobalah kita cermati suara sekumpulan orang-orang ini, sangatlah anti kepada Ahok bila di calonkan dari partai PDI-Perjuangan. Jika rasa anti ini muncul dari luar kalangan PDI-Perjuangan mungkin merupakan suatu hal yang biasa. Tapi jika perasaan anti Ahok ini selalu muncul dari kalangan internal dan kalangan internalpun oknumnya ya itu-itu juga. Maka sudah sewajarnya jika kita akan bertanya-tanya ada apa gerangan.

Untuk menebak ada apanya, maka saya mencoba mengajak berandai-andai sejenak untuk merenungkan mengapa mereka-mereka yang getol-getolnya untuk mendongkel Ahok dari pencalonan pilgub DKI seolah tanpa berpikir panjang dan terkesan mengeluarkan argumen yang terkadang membuat kita merasa aneh saja. Terkesan seolah gak ada takutnya dengan kebijakan atau suara dari dewan pengurus pusatnya. Padahal suara dari DPP nya sama sekali belum menentukan pilihannya kemana.

Disisi lain juga terkesan seolah ibu Mega, dipanas-panasi agar tidak memilih Ahok. Seolah mereka mengintip agar Ahok slip lidah sedikit saja maka akan semakin diperbesar dan agar semua menjadi emosi maka mungkin targetnya supaya berhasil mempengaruhi putusan DPP nya untuk tidak mendukung Ahok dari partai ini.

Jika emosi diatur dan ditumbuh kembangkan dengan statement setiap hari secara bergantian dan berharap Ahok akan di reject dari calon PDI-Perjuangan. Serta sisi lain terus mendorong nama Risma agar disetujui menjadi kandidat utk maju di pilgub DKI dengan konsekuensi harus mundur dari Walikota Surabaya.

 Ditambah lagi penekanan rekayasa seolah ada sekelompok orang yang seolah mengatas namakan masyarakat yang tinggal di daerah seputaran beberapa wilayah di DKI di tempat para pemasang dukungan Risma bahwa di klaim masyarakat sekitar situ sudah mendukung Risma.? Suatu dagelan politik yang semua akan memaklumi kelakuan siapa saja yang berada dibelakang suara-suara dukungan kepada Risma tersebut.

Apalagi klaim spandung dukungan kepada Risma ini di muat dan dimedia-media yang memang tak suka Ahok. Maka lengkaplah sudah sandiwara ini dengan berbagai para aktor pendukungnya.

Jika Risma memang benar akan di calon kan oleh PDI-Perjuangan, tentu hendaknya perlu dipikir ulang. Jika keputusan itu memang objektif di lapangan bahwa ibu Risma memang di kehendaki oleh sebagian besar rakyat jakarta, mungkin tak masalah. Tapi jika sebaliknya dukungan kepada Risma hanya berdasarkan  keputusan emosi sesaat.

Dibujuk-bujuk, agar Risma hengkang dari Surabaya lalu maju di Jakarta. Tanpa membaca siapa saja yang paling getol dengan kepentingan agar risma meninggalkan Surabaya menuju Jakarta. Tentu akan menjadi suatu hal yang sangat naif. Kenapa naif untuk itu marilah kita coba analisa satu persatu.

Jika Risma maju ke Pilgub Jakarta, maka dia akan menanggalkan pos nya di Surabaya sebagai walikota Surabaya saat ini. Dengan meninggalkan Surabaya maka sudah otomatis wakilnya akan naik menjadi walikota definitif menggantikan Risma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun