Mohon tunggu...
Nolwi
Nolwi Mohon Tunggu... Usaha sendiri -

Akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.(Mahatma Gandhi 1869-1948)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teori "Muleta", Banteng Mengejar, Matador Memainkannya

27 Juni 2016   21:57 Diperbarui: 28 Juni 2016   01:24 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olustrasi: gawker.com

Perhatikan kain merah yang dipegang sang Matador saat pertarungan antara adu dengan Banteng dan Matador.

Menarik tulisan K’ners bung Victor Siahaan yang menulis tentang Muleta (kain merah yang sering dipakai oleh sang Matador) pada saat pertandingan adu banteng secara simbolis yang berjudul “ Ahok, Bikin PDIP Berlutut Memohon Kepada Jokowi?”.

Sepintas, tadinya saya melihat judul tulisan tersebut terasa seperti artikel biasa, yang bercerita tentang situasi menjelang pilkada di DKI.

Tapi setelah membaca lebih mendalam ternyata ada makna filosofis arti dari "muleta" itu sendiri. Lalu apa itu “Muleta”, ternyata adalah nama lain dari kain merah yang biasa di pakai oleh sang Matador disaat pertarungan dua makluk raksasa yaitu antara Matador dan Banteng itu sendiri, di arena pertarungan yang disaksikan oleh publik.

Jika melihat cerita pertarungan Banteng dan Matador, dimana sang Matador dengan lincahnya meliuk-liuk memainkan kain merahnya untuk tetap memancing emosi sang Banteng.  Agar permainan semakin seru. Karena semakin emosi maka semakin banyak membuat gerakan liar yang mengasyikkan untuk di tonton. Semakin liar gerakannya maka penonton semakin kegirangan.

Pertarungan itu menjadi mendebarkan sekaligus menarik dan membuat penasaran, oleh karena adanya ancaman bahaya terhadap nyawa sang Banteng, maupun nyawa sang Matador itu sendiri.

Dalam pertarungan itu nampak jelas bahwa sang banteng semakin emosi dan semakin ganas setelah tahu dibalik ayunan kain merah itu ternyata tidak ada apa-apanya alias hanya ruang kosong dan tak menemukan lawannya.

Sang  Banteng terus mengejar melampiaskan emosinya, berlari kesana kemari mengejar bayangan semu.  Sisi lain sang Matador dengan gesitnya sedang  meliuk-liuk memutar-mutar Muleta yang ada ditangannya. Sekadar hanya untuk memancing agar sang Banteng semakin emosi.

Semakin lama permainan, maka semakin emosilah sang Banteng. Artinya akan semakin liar tak terkontrollah gerakannya. Kemudian sampai pada suatu titik dia akan menjadi kelelahan dan berhenti mengejar, kemudian cuma hanya berdiri sambil mendengus mengungkapkan emosinya, tanpa punya tenaga lagi untuk kembali mengejar kain Muleta.

Siapakah Muleta?,   Siapakah Sang Matador?,  Siapakah Banteng?.

Silahkan anda artikan dan saksikan di dalam manuver-manuver politik menjelang pilkada DKI 2017.

Terimkasih Bung Viktor atas pencerahannya.

Salam nusantara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun