Mohon tunggu...
Nolwi
Nolwi Mohon Tunggu... Usaha sendiri -

Akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.(Mahatma Gandhi 1869-1948)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lapindo Kini (Stop atau Masih Meluap)

6 Juli 2015   19:49 Diperbarui: 6 Juli 2015   19:54 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Info terbaru yang kita dengar rencana pencairan dana talangan oleh pemerintah utk para korban Lapindo akan segera di carikan pada tanggal 26 Juni 2015 lalu. Sejak rencana adanya dana untuk menalangi para korban. Maka berangsur-angsur isu mengenai Lapindo semakin menyurut, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin masyarakat melupakankan, apa yang di layak dinamakan tragedi nasional Lapindo.

Terlepas dari aspek kekinian bahwa tragedi sekaligus bencana Lapindo yang menyangkut kondisi manusia saat itu yang menjadi penghuni diseputaran Lapindo. Dengan kondisi fisik lahan yang dulu sebagian pemukiman, pabrik, sawah dll. Faktanya telah berubah menjadi lautan lumpur yang cukup luas. Agar tidak lupa maka perlu kita cermati untuk di kaji kembali.

Pelan tapi pasti kita melihat dari kacamata rakyat biasa, bahwa peristiwa ini adalah merupakan tragedi, mengapa disebut tragedi?. Kalau mendengar cerita awalnya dimana proses saat kegiatan men-service sumur-sumur minyak yang produktivitasnya yang sudah mulai berkurang, yakni dengan cara sumur tersebut di service agar kembali produktif mengalirkan minyak lebih banyak. Dimana dalam proses melakukan pekerjaan menservis (well service) ini, terjadilah yang namanya semburan liar. Dalam proses pengeboran ataupun menservice sumur-sumur minyak, kerap kadang kala di temukan adanya semburan-semburan liar dan  harus segera diatasi. Kemampuan management safety dalam dunia perminyakan harus dapat segera mengatasi semburan dan sekaligus menyelamatkan crew minyak beserta para penghuni diatasnya. Tidak hanya sebatas itu, bahkan sampai evakuasipun bila kondisi sangat memaksa maka harus segera di lakukan.  Para ahli perminyakan sudah mengerti apa yang mesti harus dilakukan disaat2 genting dan memaksa agar keselamatan lebih di utamakan. Berkaca dari kejadian Lapindo apakah memang sudah dikerjakan sesuai dengan prosedur yang ada??... Karena tragedinya sudah cukup lama maka tidak ada gunanya kalau kita merunut kembali mengapa peritiwa itu terjadi. Tapi yang terpenting adalah bagaimana menyelesaikan kondisi saat ini, baik kondisi fisik lahannya maupun kondisi penghuni lahan tersebut.

Kondisi penghuni sekaligus korban lapindo mereka telah tercerai berai dipaksa untuk pindah krn kalau tetap bertahan maka yang akan di hadapi adalah lumpur yang semakin menggenangi mereka. Masih ada beberapa yang bertahan terutama bagi mereka yang belum menerima ganti rugi. Mereka masih menanti dan menanti entah sampai kapan janji-janji itu tergenapi, tidak ada yang tahu.

Kondisi saat ini pada areal/Lahan diseputaran Lapindo sendiri, apakah kondisi lumpurnya masih terus mengalir keluar dari perut bumi? Kita tidak pernah tahu kondisi riilnya di lapangan, ataukah lumpur-lumpur tersebut sudah berhenti mengalir karena laporan-laporan mengenai itu minim sekali? Apakah kita cuma mampunya membiarkan begitu saja dan menjadi totonan seperti  orang kebingungan tak tahu apa yang mesti di lakukan, atau kebingungan karena ulah dan perilaku proses politik di jakarta.

Kalau lumpur masih mengalir, bagaimana rencana kedepannya, apakah didalam perut bumi lapindo masih terdapat cadangan gas yang bisa di eksplorasi atau sebaliknya.

Jika  lumpur sudah stop atau sudah berhenti mengalir, lalu bagaimana progres selanjutnya,.? Bagaimana dengan status tanah-tanahnya yang kabarnya sudah menjadi milik PT Minarak Lapindo. Bagaimana dengan masyarakat disekitarnya apakah akan kembali dilibatkan dalam proses membangun lapindo pasca berhentinya aliran?

Segeralah duduk bersama, bicarakan dengan baik-baik, komunikasikan ala Jawa timuran, kearifan lokal yg di anut turun temurun yg diharapkan dapat segera menyelesaikan masalah ini.. selesaikan dengan diplomasi soto/rawon/tahu tek, duduk bersama setara bak selagi makan soto dengan kelakar khas Jawa timuran. Perut kenyang sama-sama senang menghasilkan win-win solution-- selamat berunding pasca lapindo (jika lumpurnya sudah berhenti mengalir).

Salam nusantara,..

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun