Mohon tunggu...
Arnita Sari
Arnita Sari Mohon Tunggu... -

Mahasiswi yang sedang belajar untuk menjalani hidup yang seperti pacuan kuda dengan sebaik-baiknya...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bertemu dengan Si Temon

21 April 2010   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:40 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal pertemuanku dengannya berlangsung di bawah panas teriknya mentari. Ia mengenakan celana bola berwarna merah, norak sekali! Mulut monyong, mata bulat, rambut pirang, menggelitik hati. Si Temon, itu namanya.

Temon, mengundang banyak tawa dan tepukan tangan orang ba

[caption id="attachment_123480" align="alignleft" width="213" caption="google"][/caption] nyak. Gayanya lucu dan atraktif. Bahkan banyak yang mau berfoto bersama si Temon. Pelatih Temon selalu berada di sampingnya untuk mengarahkan dan mengintruksikan langkah berikut yang harus Temon lakukan.

Jika Temon mulai bandel, plaakkk...!! Tangan pelatih mendarat dipipi Temon. Berbeda jika Temon berhasil melakukan atraksi yang disuruh, Temon akan mendapat makanan dari si pelatih, nyam..nyam..nyam.. Temon dapat makanan enak, namun tak jarang kulihat Temon dipukuli ketika mulai ngawur gerakannya. Ya, Temon memang hanya salah satu orangutan, penghuni satwa terampil di Gembiraloka.

Untung saja kita nggak seperti Temon. Dikekang dan ditentukan setiap gerakan dalam hidup kita. Ketika bandel, tangan Tuhan akan segera mendarat di bumi. Ketika kita manut, langsung dikasih makanan berlimpah sama Tuhan. Namun kita dikasih free will (kehendak bebas), untuk memutuskan mengikuti Dia atau nggak.

Kita mengikuti Dia, bukan karena ngejar makanan/berkat yang berlimpah, tapi karena murni keputusan yang kita buat dalam hati bahwa kita mau percaya dan mengasihi Dia. Jadi nggak bakal ngambek ketika nggak dikasih berkat, dan nggak ninggalin Dia ketika ada berkat lain yang dunia tawarkan, bukankah begitu teman-teman?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun