Baru-baru ini saya mencoba menanyakan kebenaran cerita yang kudengar tentang nenek dan ibu,
"Benar Bu ceritanya seperti itu?", tanyaku.
"Benar", jawabnya singkat sambil menganggguk.
"Trus Ibu tidak dendam?", lanjutku lagi.
"Dendam ke siapa? Sama nenek? Ngapain harus dendam sama orangtua. Kalau kita bersedia menikah dengan anaknya maka kita juga bersedia menerima orangtuanya menjadi orangtua kita. Orangtua harus dihormati dan disayangi dengan tulus. Itu pintu rejeki", jawabnya.
"Kalau aku begitu bisa kubabat satu turunan ", kataku sambil tertawa haha..
"Apa untungnya membabat satu turunan, emangnya kau Tuhan? Cukup lakukan yang baik saja, selesai", katanya.
Sama seperti nenek, sekarang ibupun hanya bisa duduk di kursi roda akibat stroke dan gagal ginjal. Bersyukur 6 menantu perempuannya dan 2 menantu laki-lakinya sangat peduli kepadanya.
Ibu menjadi teladan yang baik tanpa harus banyak bicara. "Cukup kerjakan yang baik, selesai!", nasehat singkat ibuku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H