"Kenapa sih semua orang bilangnya nama Abang? Semua pakai nama Dovan, rumah Dovan, mama Dovan. Dovan, Dovan dan Dovan, tidak pernah Diego", kata anak tengahku saat itu.
Kaget mendengarnya, aku jadi sadar ternyata dia butuh pengakuan.
"Gini loh Nak, biasanya yang diingat orang memang nama anak pertama, mama juga gitu kok. Mama tidak mungkin ingat semua nama anak-anak teman Mama. Anak Sulung itu pembawa nama karena dia lahir duluan"
Sepertinya dia bingung menempatkan dirinya. Si sulung selalu disebut pemimpin, si bungsu lebih sering dijuluki si manja. Nah, anak tengah?
"Jadi kapan aku dikenal orang kalau yang diperhatikan cuma anak sulung? Memangnya aku tidak penting?"
Terlahir sebagai anak tengah, dia  merasa kalah pamor dengan kakak dan adiknya.
Kebutuhannya akan sebuah "pengakuan" membuat dia menantang dirinya untuk membuat sebuah pencapaian, itu sebabnya dia memiliki daya juang yang besar. Dia mempunyai visi yang jelas untuk masa depannya.
Anak tengahku pernah berkata dia akan melakukan sesuatu yang harus membuat namanya diingat semua orang, bukan cuma nama kakaknya atau adiknya. Dia ingin menjadi dirinya sendiri tanpa bayang-bayang kakaknya.
"Aku mau membuat semua orang mengenal namaku, Diego. Aku ingin orang memanggil mama dengan Mama Diego, jangan Mama Dovan terus", katanya suatu hari.
"Bagaimana caranya?", jawabku menantang.
"Aku akan menciptakan otak buatan yang canggih, bisa pintar tanpa belajar",katanya.
"Itu sih sudah banyak, otak buatan", jawabku.
"Akan kubuat yang lebih canggih lagi",katanya.
Tidak pernah bermaksud mengabaikan si Anak Tengah tetapi tidak dipungkiri  aku lebih sering fokus ke anak sulung karena Anak Sulung adalah "bahan pelajaran" pertama buat orangtua.
Orang-orangtua terdahulu sering berkata bahwa anak sulung adalah gambaran dari keberhasilan adik-adiknya dan seluruh keluarga, oleh karena itu kesan pertama menjadi penting.
Sikap "abai" pada Anak Tengah  juga dikarenakan aku melihat Anak Tengah lebih mandiri dan cepat beradaptasi. Dalam pergaulan dengan teman yang baru dikenalpun dia lebih cepat membaur. Dia bisa mengimbangi pembicaraan dengan teman dengan usia diatasnya dan juga cocok jika bermain dengan teman usia dibawahnya.
Mudah bergaul serta memiliki banyak teman menjadikan Anak Tengah menjadi sosok yang periang. Hal ini membuat dia mudah diingat teman-temannya.
Anak tengah punya gaya komunikasi yang khas, dia lebih terbuka dan berani menyatakan pendapat. Hal ini juga yang mengasah kemampuannya bernegoisasi. Punya pendapat sendiri dengan argumen sendiri, salah satu kelebihan Anak Tengah.
Hari pertama masuk TK biasanya anak-anak masih takut dan malu-malu tapi tidak dengan si Anak Tengahku. Dari luar kelas aku mendengar berkali-kali dia menginterupsi gurunya.
"Ibu guru, saya sudah capek berdiri. Nyanyinya duduk saja", katanya ketika mereka menyanyi.
Merasa kurang diperhatikan membuat Anak Tengah memiliki sifat pemberontak. Memberontak merupakan salah satu cara untuk mencari perhatian.
Tapi di balik sifat pemberontak itu dia punya simpati yang luar biasa. Sekilas dia terlihat cuek dengan kondisi yang ada tetapi sesungguhnya dia sangat menyatu dengan keadaan.
Suatu kali Si Anak Tengahku berkata, "Ma, Aku tidak pernah cerita tentang Mama sama Della loh. Aku kasihan, takutnya dia sedih jika teringat sama mamanya. Katanya Mamanya sudah meninggal, meninggal ketika melahirkan dia".
Sebagai Ibu, aku merasa sudah memberi perhatian dan kasih sayang yang sama terhadap ketiga anakku namun acapkali aku masih diprotes si Anak Tengah. Setiap mereka adalah unik tapi aku merasa ada keunikan dan tantangan tersendiri menghadapi si Anak Tengah.
Sayangi anak-anak kita sebagaimana adanya mereka. Mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H