"Inang sudah berdoa, kita semua sudah berdoa lalu kenapa Inang masih takut sih?", kata-katanya seolah menamparku. Aku terdiam, antara jengkel dan merasa digurui.
"Kalau sudah berdoa, tidak usah takut. Kalau takut brarti doanya bohong-bohongan", lanjutnya.
"Inang tidak takut cuma sedih saja", jawabku.
"Aku tahu Inang takut. Inang takut Oppung mati kan? Inang tenang saja, Oppung itu tidak akan mati sekarang. Matinya masih lama", lanjutnya menceramahiku.
Aku tersentak saat dia bilang begitu. Lalu kujawab,"Emangnya kamu Tuhan sampai bilang matinya masih lama?"
"Aku bukan Tuhan, kalau aku Tuhan pasti sudah kubuat Oppung sehat selama-lamanya supaya Inang tidak aneh seperti ini", katanya.
Seminggu kemudian aku terbang lagi ke Penang dan tinggal disana selama sebulan sampai ibu bisa pulang ke Medan. Sementara selama di sana anak-anak yang masih berusia 9 tahun, 7 tahun dan 3 tahun dijaga Ibu Mertua yang khusus datang dari kampung.
Jika melihat perjalanan penyakitnya, sekarang ibu sudah lebih sehat walaupun belum bisa berjalan, harus di kursi roda dan melakukan cuci darah 2x dalam seminggu. Kami 8 orang anaknya dan 20 orang cucunya bersyukur atas keadaannya saat ini. Operasi di otak tidak menghilangkan ingatan dan kebijaksanaannya walaupun secara fisik dia sudah lemah.
Jangan anggap remeh anak kecil karena darinya kita bisa belajar banyak hal.