Mohon tunggu...
Diana Intan Palupi
Diana Intan Palupi Mohon Tunggu... -

Penyendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Popularitas Puan Maharani Adalah Wujud Kegigihan

30 Maret 2017   12:25 Diperbarui: 30 Maret 2017   12:34 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika nama Puan Maharani,dalam hasil survey indo Barometer yang diambil dari tanggal 4-14 Maret 2017tentang survey penilaian publik kepada pemerintahan, menempati posisi tinggidengan angka 4,3 persen, angka itu sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Mengapa?

Puan Maharani sejauh inimenunjukkan tren kinerja yang positif. Sejak penilaian terus-menerus menempatkanPuan sebagai menteri tidak memiliki prestasi – penilaian yang sesungguhnyatidak adil, dia tidak patah semangat. Justru sebaliknya dia seolah mendapatsegar tantangan untuk menunjukkan diri bahwa ia mampu melawan kritik itu dengankerja nyata. Menteri koordinator yang membawahi delapan (8) kementerian ini(Kementerian agama; 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Kesehatan; Kementerian Sosial;Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; KementerianPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; dan Kemterian Pemuda dan Olahraga)sejauh ini mampu bekerja secara sinergis dan mengordinir kementerian dibawahnya tersebut. Bagi menteri koordinator, keberhasilan koordinasi dansinergisitas diantara kementerian yang dibawahinya adalah satu prestasi penting– meski selalu perlu dipublikasikan.

Puan Maharani dikenal – dan kianlama kian dikenal – oleh publik mengingat dia sering hilir mudik mendatangi danmeninjau bencana. Istilah blusukan yang dipopulerkan oleh presiden Joko Widodoterus memperoleh gemanya dalam diri Puan Maharani. Menteri cantik ini tidaksegan-segan berinteraksi dengan masyarakat bawah, bersalaman dengan mereka,merangkul mereka dan dengan senyumannya ia selalu terlihat begitu ramah kepadamasyarakat kecil. Kerja-kerja yang terlihat sederhana dan konsisten – meski takselalu perlu diukur standarisasi prestasi atau tidak, suatu penilaian yangseringkali selalu ‘nyinyir’ dan mengabaikan kerja pengabdian – kian menguatkankeberadaannya. Kerja-kerja pengabdian yang dilakukannya secara tulus, tanpamengeluh dan dengan gigih membuat namanya kian akrab di dalam sanubarimasyarakat ‘wong cilik’.

Faktor kepercayaan Jokowiatas Puan Maharani juga memberikan kontribusi yang tidak kecil. Hingga saatini, presiden memberikan kepercayaan yang sangat tinggi kepada Puan Maharani. Memanghujan kritik. Tapi presiden memiliki alasan tersendiri kepada menteri muda PuanMaharani ini. Dalam setiap kunjungan presiden, misalnya ke daerah-daerah dalamrangka membagikan bantuan, Puan Maharani selalu berada di dekat presiden. KemanapunPresiden pergi dalam kunjungan kerja atau membagikan bantuan, menteri cantikdan berprestasi selalu mengiringi presiden.

Yang perlu ditegaskan di sinibukan soal betulkah kepercayaan presiden yang berkontribusi besar atas naiknyaangka kepuasan publik atas Puan Maharani melainkan mengapa presiden begitupercaya kepada Puan Maharani? Penilaian sementara yang cenderung tidak adil danterlalu menempatkan kecurigaan politik di atas segala-galanya mengatakan faktorMegawati pemilik PDIP. Rasanya Jokowi tidak akan mempertahankan menteri yangburuk dan tidak bisa bekerja dengan baik di dalam pemerintahannya yang hanyaakan menghambat efektifitas kerja dan kemampuan pemerintah dalam melayanimasyarakat. Jokowi pun tak ‘seterkungkung’ itu untuk berbicara dan bersikaptegas tentang siapa-siapa yang menurutnya baik dan tidak baik. 

Jika ada sekilas pernyataanakhir untuk melukiskan Puan Maharani, dia memang menteri yang hebat dan gigihdalam bekerja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun