Maraknya Mental Disorder
Di generasi yang lalu, mental disorder kerap kali dianggap sesuatu yang tabu. Masyarakat menganggap mental disorder adalah sesuatu yang buruk atau dianggap "tidak waras". Hal ini disebabkan karena kurangnya edukasi tentang penyakit psikologis yang nyata adanya di kalangan masyarakat. Banyak orang yang belum paham bahwa masih banyak klasifikasi mental disorder, dari yang tidak berbahaya sampai yang membahayakan.
Dengan mengikuti alurnya perkembangan zaman, masyarakat sudah mulai membuka mata dan memahami lebih dalam tentang gangguan mental yang ada di sekitar. Dengan platform yang tersedia, edukasi tentang mental disorder dapat dengan mudah dipelajari oleh semua orang. Kondisi seperti ini membuat orang-orang yang menderita mental disorder menjadi lebih berani untuk menyuarakan dan memberi pemahaman lebih kepada dunia.
Kondisi zaman dengan teknologi yang maju ini sayangnya tidak selalu memberikan dampak positif. Seperti yang kita tahu, internet merupakan sesuatu yang sangat persuasif khususnya untuk remaja. Secara tidak sadar orang-orang akan mengikuti apa yang ia lihat di internet. Inilah yang membuat banyak sekali remaja yang menegaskan bahwa dirinya memiliki mental disorder tanpa adanya diagnosis resmi.
Internet Bukan Tempat Mendiagnosis Mental Disorder
Akses ke informasi tentang kemungkinan tanda-tanda penyakit tentu saja penting, tapi secara tidak sadar juga bisa memberdayakan. Informasi yang diteliti dengan baik memang memungkinkan kita untuk memahami gejala kita.
Kekurangannya, bagaimanapun, adalah bahwa kita sering melihat gejala-gejala kita terdaftar di bawah tanda-tanda penyakit yang mungkin tidak kita miliki, dan melanjutkan untuk panik atau mengobati sendiri.
Contohnya saja, kita kerap melompat pada kesimpulan bahwa nyeri dada setelah makan malam yang besar mungkin karena serangan jantung, atau perasaan rendah selama musim hujan adalah depresi. Sesungguhnya apabila kita merasa cemas terhadap kondisi kesehatan kita, yang terbaik adalah berkonsultasi dengan ahli medis.
Sesungguhnya gejala-gejala penyakit mental tidak sesederhana yang dipikirkan. Mereka muncul sebagai sekelompok gejala yang hanya dapat diidentifikasi dan didiagnosis oleh ahli kesehatan mental terlatih.Â
Sebagai contoh, seseorang dapat didiagnosis dengan depresi ringan, sedang atau berat hanya setelah diberikan tes klinis oleh seorang psikolog atau psikiater, berdasarkan pedoman yang ditentukan dalam DSM-V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders yang diatur oleh American Psychiatric Association) and ICD-10 (International Classification of Diseases yang diatur oleh World Health Organization).
Bahaya Self Diagnosis
Dengan perkembangan teknologi dan internet yang sangat luas kita dapat dengan mudah mencari dan menelusuri apapun, termasuk gejala kesehatan. Namun, ketika kita mulai mendiagnosis penyakit yang kita miliki, hasil yang kita dapat belum tentu hasil yang sebenarnya. Kita hanya akan melihat garis besarnya tanpa menelusuri hal-hal yang lebih rinci. Ini dapat menuntun kita ke diagnosis yang salah.
Contohnya, banyak sekali orang yang menganggap dirinya memiliki bipolar disorder hanya karena mood swing yang dimilikinya. Nyatanya, klasifikasi penyebab bipolar disorder tidak hanya itu, dan disamping itu mood swing dapat menjadi gejala dari disorder lainnya.