Jika kita berhasil menanamkan sikap tersebut dalam diri kita, Insyaallah kita akan terbebas dari perbuatan korupsi. Yuk, kita berantas bersama-sama korupsi yang ada di Indonesia! Eh mulai dari mana yaa???
1. Perbaiki dan Adaptasi Pola Pikir
Cara awal untuk menghadapi korupsi adalah dari akarnya yaitu diri kita sendiri. Pola pikir dan moral kita menjadi yang utama untuk ditanamkan sifat-sifat anti korupsi. Karena pada dasarnya, seburuk dan sekuat apapun pengaruh dari luar, selagi kita bisa menjaga pikiran dan hati agar tetap kukuh dijalan yang benar maka kita akan dapat terhindarkan dari tindakan korupsi. Era sekarang ini yang serba cepat dengan hal baru, telah menghanyutkan kita pada arus zaman. Mengikuti perkembangan zaman memang diperlukan dalam memenuhi standar kualitas hidup, namun hal-hal lain diluar kebutuhan dan juga keinginan untuk terlihat "keren/derajat tinggi" didepan orang-orang telah memubuat kita melupakan makna hidup yang sebenarnya. Oleh karena itu, kita perlu mengadaptasikan pola pikir kita dan mengontrol diri dalam menghadapi zaman modern ini.
2. Hidup Sederhana dan Bersyukur
Sederhana merupakan suatu usaha untuk menjalani semua hal dengan mulus dan lancar tanpa disertai beban ataupun hambatan yang berat. Hidup dengan kesederhanaan dapat kita mulai dari kehidupan sehari-hari seperti memilih apa yang kita makan, bagaimana kita berpakaian, juga dalam memilih dan membeli kebutuhan hidup. Akan tetapi, hidup sederhana juga menjadi tantangan bagi kebanyakan orang. Banyak sekali faktor penghambat dalam menjalani pola hidup sederhana mulai dari yang internal maupun eksternal.
Syukur, kata damai yang menyejukkan untuk didengar dan dirasakan. Dalam hidup sederhana senantiasa mengingatkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam hal mencapai sesuatu, kita memang tidak boleh untuk cepat puas atas apa yang telah kita dapatkan. Artinya disini adalah bahwa janganlah kita terlalu cepat berbangga diri saat kita mendapatkan sesuatu dan menganggap kita telah menjadi yang terbaik. Cepat berpuas diri akan membuat kita susah untuk berkembang. Tetapi, jangan sampai perasaan ingin mengambil hak orang lain dan juga berbuat curang masuk dalam pikiran kita. Disisi lain, kita harus tetap bersyukur dengan apa yang kita raih, karena itu adalah hasil dari pada perjuangan kita. Jikalau masih belum cukup, kita dapat berusaha lebih keras lagi dan terus-menerus menemukan sesuatu yang baru, juga meningkatkan standar kepuasan agar kita dapat menggali lebih jauh lagi potensi dalam diri kita.
"Bahagia itu sederhana, sesederhana kita tersenyum dan bersyukur dengan apa yang kita miliki”
Keterkaitan antara pola hidup sederhana dengan tindak pidana korupsi sangatlah erat. Dengan mengamalkan perilaku hidup sederhana dapat menanamkan sikap antikorupsi dalam diri kita serta menjauhkan kita dari sikap rakus, serakah, ataupun tamak.
3. Kerja Keras
Kata "kerja" bermakna kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 554). "Keras" berarti gigih atau sungguh-sungguh hati (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002; 550). Bekerja keras berarti bekerja dengan sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas/kewajban, pantang menyerah, berjuang sepenuhnya, dan juga dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pribadi pekerja keras akan muncul dari sosok yang memiliki motivasi tinggi untuk berubah dan pantang menyerah dalam segala keadaan. Pribadi pekerja keras dapat diwujudkan dengan selalu melakukan tanggung jawab secara sungguh-sungguh serta melakukan segala sesuatu dengan upaya terbaik, sekuat tenaga, penuh kecerdasan tinggi, dan sepenuh hati.
Tidak ada kesuksesan yang digapai tanpa adanya usaha yang dilakukan. Meski kita adalah anak-anak Tuhan bukan berarti kita bisa duduk-duduk dan berharap kekayaan datang ke dalam hidup kita. Alkitab tidak pernah menunjukkan itu. Tulisan tulisan yang ada di dalam Alkitab justru menerangkan bahwa sebagai orang-orang percaya, kita tetap harus bekerja keras. Kerja keras bukanlah kesalahan. Kerja keras juga bukan sebuah hal yang harus dihindari. Sejak awal penciptaan Allah justru telah menyampaikan kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara (dalam hal ini Taman Eden). Selama kita bernafas, kita tidak bisa tidak bekerja keras. Kerja keras di sini bukan berarti kerja mati-matian, tidak mengenal waktu. Sesungguhnya kerja keras adalah bersungguh-sungguh untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Di dalam kitab Suci telah tertulis 2 Tawarikh 15:7 Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!"