Mohon tunggu...
ARNEST CHANIA PUTRI
ARNEST CHANIA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Komputer Indonesia

Saya mahasiswi , suka masak dan selalu ceria!🩷

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penipuan Arisan Online

15 Februari 2024   21:33 Diperbarui: 15 Februari 2024   21:39 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung - Dunia maya telah membuka pintu bagi berbagai peluang, tetapi juga membawa risiko yang tidak terduga. Kejadian penipuan arisan online yang melibatkan seorang wanita di Sekeloa, Bandung, Santi (nama disamarkan), oleh pacar temannya sendiri menjadi kisah pahit yang merusak kepercayaan dalam hubungan pribadi. Dalam investigasi ini, kita akan melihat secara rinci kronologis kejadian, dampak pada korban, dan pelajaran berharga yang dapat diambil dari kasus ini.

Awalnya, kehidupan Santi tampak normal dan baik-baik saja. Namun, kepercayaan Santi hancur ketika dia menjadi korban penipuan dalam sebuah arisan online di grup WhatsApp, dan yang lebih mengejutkan lagi, pelakunya adalah pacar temannya sendiri.

"Arisan itu terasa aman. Saya tidak pernah menduga pacar teman saya, Dito, akan melakukan ini," ungkap Santi dengan suara rasa kecewa.

Dalam grup WhatsApp arisan online yang pesertanya terbatas, atmosfer terasa akrab dan penuh kepercayaan. Santi, seperti peserta lainnya, percaya bahwa arisan ini adalah investasi yang aman dan terpercaya, terutama karena Dito, pacar temannya, terlibat aktif. Dito merupakan mahasiwa yang tinggal di Daerah Lagoa, Jakarta Utara. Termasuk temannya sendiri dari Lagoa namun sekarang kost di Bandung dan sekampus dengan Santi.

"Awalnya, semuanya berjalan sesuai rencana. Dito bahkan mendapatkan bagian keuntungan pada arisan sebelumnya tanpa masalah," tambah Santi.

Santi mengikuti arisan ini sudah hampir setahun dari bulan September 2022, dan semuanya berjalan lancar, tanpa ada kendala apapun. Pada arisan ini terdapat berbagai jenis arisan yang dapat dipilih peserta seperti arisan perminggu, perdua minggu, dan perbulan. Santi mengikuti berbagai jenis arisan dengan jumlah yang berbeda-beda, dan tidak pernah ada kendala. Maka dari itu, saat ada tawaran arisan bulanan yang jumlahnya cukup besar, Santi tidak mempermasalahkannya dan percaya.

Namun, suasana aman itu berubah ketika pada suatu bulan, arisan dengan bayaran 4 juta perbulan. setelah peserta membayar kontribusinya, Dito tiba-tiba menghilang. Pesan-pesan WhatsApp tidak mendapatkan balasan, dan Santi mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Setelah berbagai upaya mencari tahu alasan mengapa Dito menghilang, Santi harus menerima kenyataan pahit bahwa dia telah menjadi korban penipuan oleh pacar temannya sendiri. Dito sengaja menghilang setelah menerima pembayaran bulanan dari para peserta arisan.

"Ini sangat sulit dipercaya bahwa Dito, pacar teman saya, melakukan sesuatu seperti ini. Saya merasa terkejut dan dikhianati," ungkap Santi dengan suara yang penuh emosi.

Dalam usahanya mencari keadilan, Santi mendatangi rumah pelaku berdasarkan foto ktp yang saat pendaftaran arisan Dito berikan. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa Dito bertanggung jawab atas perbuatannya dan mengembalikan uang para korban. Setelah dilakukan mediasi, pelaku mengatakan akan bertanggungjawab, dan mengganti uang para korban. Dito telah khilaf dengan alasan ekonomi keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, Santi tidak membawa masalah ini ke pihak berwajib.

"Saya kesal namun menurut saya jika melaporkan ke pihak berwajib pun, ini tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan mengembalikan uang saya." Ujar Santi.

Dito menjanjikan akan mengembalikan uang Santi dalam waktu satu bulan dengan mencicilnya. Namun ternyata setelah berjalannya waktu, tidak ada sedikit pun Dito memberikan uang padanya. Setiap kali Santi menanyakan, Dito selalu mengulur ngulur waktu dengan berbagai alasan yang dibuatnya. Selama 6 bulan, Santi belum mendapatkan kembali uang miliknya.

"Dito selalu beralasan dan terus memberikan janji palsu setiap kali ditagih. Saya pun menghubungi pacarnya yang kebetulan teman kelas saya. Namun dia tidak mau tahu dan mengabaikan saya. Saya merasa kesal, setiap ditanya dimana keberadaan Dito, teman saya selalu menjawab tidak tahu. Aneh saja, masa tidak tahu keberadaan pacar sendiri. Apa jangan-jangan mereka memang sudah merencanakan ini dari awal." Ujar Santi dengan nada kesal.

Pada akhirnya, Santi pun menyerah untuk menagih uang haknya dan mencoba untuk mengikhlaskan. Namun, dampak psikologis dari penipuan ini terasa dalam kehidupan sehari-hari Santi. Selain kehilangan finansial, rasa kekecewaan dan ketidakpercayaan pada orang-orang didekatnya. Proses pemulihan bukan hanya tentang mendapatkan kembali keuangan yang hilang, tetapi juga membangun kembali fondasi kepercayaan dalam hubungan manusiawi.

"Kehilangan uang itu sulit, tapi kehilangan kepercayaan pada seseorang yang kita anggap teman lebih sulit. Saya menjadi trauma dan juga meragukan teman-teman saya yang lainnya jika sudah menyangkut finansial." ucap Santi.

Langkah yang diambil oleh Santi untuk tidak melaporkan penipuan ini ke pihak berwajib memang sangat disayangkan. Namun tentu Santi punya alasan tersendiri mengapa dia memutuskan untuk mengikhlaskan semuanya dan menjadikannya sebagai pelajaran berharga.

"Ini adalah pengalaman yang merubah hidup. Saya harus belajar mempercayai orang lagi dan memulai kembali. Itu tidak mudah, tetapi saya yakin saya bisa melaluinya," kata Santi.

Dari Kisah Santi bukanlah sekadar cerita tragis, tetapi juga merupakan pelajaran berharga bagi masyarakat. Penipuan online bisa terjadi pada siapa saja, bahkan dalam lingkungan yang dekat. Pendidikan mengenai keamanan online dan bagaimana mengidentifikasi tanda-tanda penipuan perlu ditingkatkan untuk melindungi masyarakat dari risiko serupa di masa depan.

Kesimpulan dari kisah ini adalah bahwa, meskipun kepercayaan bisa hancur, tetapi dengan keberanian, dukungan komunitas, dan edukasi, kita dapat membangun kembali fondasi kepercayaan dan memastikan bahwa kasus serupa dapat dicegah di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun