Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Deadlock to Heaven

16 September 2017   17:57 Diperbarui: 21 September 2017   22:26 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kipbaldwin.com

            Dengan langkah kaki agak terpincang, Leo coba menyusuri jalan tol itu. Lelaki berambut ikal itu mengerahkan seluruh fokus dan perhatian guna menemukan dua benda berharga itu.

            Ketika Leo berada 50 meter dari tempatnya berdiri, dia tidak bisa menghentikan kengerian yang dilihatnya saat ini. Kelopak mata melebar. Bola mata seakan mencuat kuat. Ingin lepas saja dari rongga mata. Gamang dan ingin tahu bercampur aduk dalam batin Leo. Ia melihat mayat seorang lelaki berkubang darah. Posisi wajah mencium aspal. Serta posisi tangan dan kaki tidak lagi lurus.

            Namun dilihat dari perawakan mayat itu, Leo seperti mengenal identitas mayat yang mati mengenaskan itu. Dengan sedikit keberanian bercampur gemetar, Leo coba membalikkan tubuh mayat itu agar dia bisa mengetahui identitasnya.

            Leo terperanjat hingga pantatnya jatuh menimpa aspal. Air mata menetes deras intens dengan suara tangisanya. Ia tak menyangka sama sekali kalau mayat malang yang ada di depannya adalah mayatnya sendiri. Ia terus mengingkari dan beranggapan kalau mayat itu bukanlah mayatnya. Untuk lebih meyakinkan kalau itu bukan mayat dirinya, Leo mencoba mencengkeram leher tubuh itu tapi tembus, tak terpegang. Dia belum menyerah. Ia mencoba merebahkan diri di atas mayat itu akan tetapi tubuh dan  rohnya tak bisa menyatu.

            Lelaki berwajah bulat kekotakan itu merutuki diri sambil memukul-mukul tangan ke aspal. Meratapi nasib buruk yang menimpanya saat ini.

            "Tidak perlu meratap semenyedihkan begitu, Leo. Tuhan sudah memilih engkau untuk dipanggil ke akhirat. Kau harus mempertanggungjawabkan apa yang kau perbuat selama di dunia," ujar lelaki berjubah putih dengan tatapan dingin itu.

            "Heh kau siapa?! Dari mana kau bisa tahu namaku?" balas Leo. Air mukanya merah bercampur amarah.

            Sekarang lelaki berjubah putih itu tidak sendirian. Ia sudah ditemani lelaki dengan wujud serupa pula. Tapi yang membedakan pendaraan wajahnya menyilaukan mata Leo.

            "Sebut saja Kilua Aku bisatahu dari sini, Buku Kehidupan. Coba kita lihat namamu di sini---Leo Adra Samanta. Umur 31 tahun. Seorang lelaki penuh tipu muslihat. Serigala berbulu domba. Lelaki ini sering beribadah ke gereja. Selalu mengambil posisi song leader maupun organis di gereja. Tapi sayang di balik itu semua, dia merupakan seorang pencuri sekaligus penipu ulung. Seorang penggelap investasi emas. Dia sudah membuat banyak orang menderita kerugian. Itulah yang tertulis di sini. Dan sudah waktunya kami menjemputmu," urai malaikat bernama Kilua sambil menutup Buku Kehidupan lalu buku itu lenyap sekedip mata.

            "Itu tidak mungkin. Kalian mau menipu 'kan?" elak Leo lagi.

            "Lihat penampilan kami dan Buku Kehidupan yang bisa muncul dan hilang secara gaib. Tidak cukupkah membuktikan kalau kami ini malaikat yang akan membawamu ke akhirat? Dan atas semua perbuatan yang kau lakukan di dunia, kau akan mendapatkan tempat peristirahatan  kekal dan selamanya," Kilua menyeringai pada Leo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun