Corona Virus Disease 2019 atau yang belakangan sering kita dengar dengan sebutan COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia. Angka kematian akibat virus tersebut pun terbilang tinggi, lebih dari 20.000 dari seluruh Negara yang melaporkan adanya kasus infeksi. Namun, dibalik angka-angka mengerikan tersebut, ada satu dampa positif yang timbul ditengah mewabahnya COVID-19. Yaitu, menurunnya tingkat polusi udara di dunia.
Dalam rentang waktu satu bulan terakhir, tingkat polusi udara dan gas rumah kaca dibeberapa wilayah di dunia dilaporkan menurun secara signifikan Hal tersebut diakibatkan oleh menurunnya mobilitas manusia di beberapa wilayah tersebut. Faktor utamanya jelas, karena banyak Negara yang menerapkan lockdown atau himbauan sejenisnya untuk menekan angka penularan COVID-19.
Diawalai dari Negara China, mereka menerapkan lockdown atau karantina wilayah secara total. Kemudian, disusul beberapa Negara-negara besar seperti Prancis, Jerman, Inggris, dan Italia yang menerapkan lockdown atau pembatasan sosial semacamnya. Berikut kota-kota di beberapa wilayah di dunia yang mengalami penurunan tingkat polusi udara.
Madrid, Spanyol
Pada Maret 2020, level NO2 turun 41 -- 56% dibanding tahun 2019 semenjak penerapan lockdown.
Lisbon, Portugal
Pada Maret 2020, level NO2 turun 40 -- 51% dibanding tahun 2019 semenjak penerapan darurat Corona.
Roma, Italia
Pada Maret 2020, konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2) 26 -- 35% lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun lalu sejak penerapan lockdown.
Wuhan, Cina
Pada Maret 2020, kadar NO2, emisi gas buang, dari mobil, pembangkit listrik, dan pabrik, turun 40% semenjak penerapan lockdown.
Jakarta, Indonesia
Pada Maret 2020, konsentrasi parameter (PM) 2.5 /partikel debu halus turun selama penerapan kebijakan social distancing dan work from home. Indeks kualitas udara / AQI rata-rata di angka 60.
New Delhi, India
Pada Maret 2020, konsentrasi parameter (PM) 2.5 turun 71% dalam sepekan sejak penerapan lockdown wilayah.
New York, AS
Pada Maret 2020, kadar karbon monoksida (CO) terutama dari mobil, berukrang 50% dibanding tahun sebelumnya sejak penerapan lockdown.
Hal-hal tersebut diatas merupakan dampak tak terduga dari mewabahnya COVID-19. Secara teori, penurunan signifikan dari polusi dan gas emisi karbon ini adalah perkembangan positif bagi bumi dan manusia yang hidup di dalamnya. Sebab, polusi udara berkontribusi terhadap jutaan kematian di seluruh dunia setiap tahunnya, mempeburuk penyakit cardiovascular, dan kesehatan pernapasan.
Dengan adanya penurunan polusi udara seperti yang terjadi seperti sekarang ini, kita bisa berharap, bahwa udara yang lebih jernih dapat memberikan pertolongan singkat bagi mereka yang terinfeksi COVID-19, membuatnya mereka lebih mudah untuk bernafas.