Mohon tunggu...
Armidin
Armidin Mohon Tunggu... Dokter - Berbagi dan bermanfaat

(armidin@yahoo.com)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Nasionalisme Bola Mania

18 Desember 2010   14:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAYA ORANG INDONESIA ASLI!!!!!! Sampai mati.! Terima kasih Timnas yg sudah membangkitkan kembali rasa nasionalisme kami yg sudah hampir pupus...Sebuah ungkapan dari seorang komentator Kompas dalam sebuah opini "Inilah Yang Menyulap Timnas Jadi Beda". Sebuah ungkapan keharuan tentang rasa nasionalisme yang tumbuh secara tiba-tiba, tatkala pada akhir-akhir ini rasa nasionalisme itu semakin tergerus oleh kapitalisme dan korupsi. Nasionalisme yang hilang karena sifat individualistis majemuk khronis. Negara ini memang gila bola, begitu besar pengaruhnya dalam membangkitkan rasa nasionalisme. Jika seandainya saja Soekarno presiden pertama masih hidup, beliau akan terkagum-kagum melihat semangat heroisme bola mania manusia Indonesia saat ini, tanpa harus bersusah payah menjargonkan 'ganyang' hanya untuk meningkatkan rasa patriotisme dan sejanak melupakan karut marut perekonomian negara yang semakin menurun. Begitulah simple nya sebuah pemahaman seolah mengatakan negara boleh miskin tapi tidak untuk prestasi olah raga. Indonesia boleh kalah secara ekonomi dan hegemoni dengan negara manapun lebih-lebih dengan negara tetangga yang kadang-kadang terlalu arogan dengan kekayaannya, tapi tak boleh kalah dengan 'bola'. Tak perlu susah payah dengan seminar dan simposium, atau dengan mata kuliah wajib bela negara atau kewiraanan untuk merangsang rasa nasionalisme itu, cukup dengan bola dan prestasi yang membanggakan sudah mampu membuat patriotisme menjadi pekikan di mana-mana. Apalagi mencari rasa nasionalisme atau etika bernegara dengan mengunjungi negara lain, tak ada artinya dan pengaruhnya pun hanya plesiran, takkan menyentuh esensi dan entitas kebangsaan. Jadikan momen ini sebagai tonggak prestasi, ukir kembali sejarah Ramang di tahun 1955 mengangkat martabat bangsa di kancah Piala Dunia. Indonesia sebenarnya memang BISA...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun