Pertanyaan-pertanyaan yang cukup mengganggu dalam hidup saya sejauh ini:
- Mengapa banyak orang yang meskipun telah dewasa dan matang secara umur, psikologis, maupun finansial, tetap sulit dalam menerima bahkan hanya untuk mendengar pendapat orang lain..?
- Mengapa banyak orang yang telah mencapai ‘sesuatu’ dalam hidup mereka (atau mungkin tidak sama sekali) yang bisa membuat mereka kehilangan sopan santun, keramahtamahan, basa basi, atau apapun itu..?
- Anggaplah anda tahu sampai seberapa jauh anda akan mencapai kesuksesan dalam hidup anda, dan selama apa anda bisa menikmati hidup di dunia, entah bagaimana caranya, intinya anda tahu. Apa yang akan anda lakukan..?
- Apa yang membuat diri anda sejauh ini? Hipnotisme lingkungan atau kepribadian anda sendiri? Mana yang lebih besar? Si pawang atau si hewan yang berada dalam diri anda..?
- Berapa banyak orang yang mau sukarela menghormati orang lain, jujur, sederhana, sangat toleran, tetapi di lain sisi tetap tegas, tidak menyukai puja puji apalagi perhatian, suka kesederhanaan, mencintai kerabat-kerabatnya, pekerja keras, menyukai belajar tetapi tidak suka menggurui, salih, tidak mencoba untuk berwibawa apalagi menakutkan?
Sementara jawaban-jawaban yang saya peroleh sendiri:
- Karena proses bertumbuhkembangnya manusia (terutama psikologis) itu tidak berkorelasi secara signifikan terhadap usia ataupun pencapaian dalam hidup. Karakter manusia seperti yang disebutkan pada poin ke-1 tersebut memang lebih menyukai konfrontasi, sesuatu yang bersifat intriguing. Orang seperti ini sangat menyukai masalah, atau bisa sangat menghindarinya. Beruntungnya, orang yang “enjoying so much for being an asshole” ini biasanya adalah orang yang sukses, dengan banyak orang yang menderita disekitarnya.
- Basa basi itu bukan kebiasaan, bukan adat istiadat, tapi menurut saya adalah salah satu pembeda manusia yang well civillized dengan primitif. Basa basi yang saya maksud disini bukan bentuk komunikasi yang bersifat sebagai hidangan pembuka sebelum mengemukakan maksud dan tujuan awal, apalagi uang pelicin. Pengertian yang saya maksud adalah suatu bentuk komunikasi yang memiliki hanya satu motif: mengenal kepribadian lawan bicara lebih baik. Ketulusan seperti ini sudah sangat jarang ditemukan, sehingga pengertian basa basi terbiaskan kemana-mana dan menjadi sesuatu yang terdengar munafik (Saya sendiri adalah generasi yang termakan oleh pola perilaku seperti ini).
Kembali ke topik pertanyaan, ternyata bukan ‘sesuatu’ yang membuat manusia lupa akan wujudnya sebagai manusia, tetapi dirinya sendiri. Anda bisa menghabiskan banyak energi untuk menjawab pertanyaan ‘mengapa’ pada orang-orang seperti ini dengan hasil yang tidak membawa manfaat apapun.
- Salah satu misteri terbesar dalam hidup ini bukanlah mengenai diri anda, tetapi bagaimana anda menjalani hidup dengan orang-orang lain disekitar, bahkan orang tidak dikenal sekalipun. Anda bisa menjadi seorang CEO di perusahaan multinasional, ataupun pemadat di panti rehabilitasi, tapi hidup bukan tentang siapa anda. Hidup bukan berkaca dan mengagumi indahnya mutiara yang ada pada diri lalu lupa diri. Tanyalah pada diri anda, bagaimana anda bersikap dan memberikan manfaat bagi orang lain, dan berperilaku dihadapan Tuhan jika anda mempercayaiNya.
- Jawaban berbeda pada masing-masing orang (pertanyaan nomor 4 adalah pertanyaan yang selalu saya tanyakan kepada diri sendiri jika dihadapkan pada suatu masalah, mana yang harus saya dulukan, akal pikiran atau naluri)
- Tidak banyak, karena jumlah seperti itu bisa jadi adalah jumlah yang paling yang pas, jika dunia memang berjalan dengan skenario-Nya. Pernyataan ini bukan pembenaran bagi anda untuk berhenti mencoba menjadi lebih baik.
*Penulis termasuk salah satu orang yang enjoying so much for being an asshole, yang mencoba berbenah diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H