Mohon tunggu...
armet pamungkas20
armet pamungkas20 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka olahraga

Selanjutnya

Tutup

Book

Shadaqah

24 November 2022   11:05 Diperbarui: 24 November 2022   11:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bershadaqah Tidak Membuat Miskin"

Identitas buku
Judul: Agar Cepat Kaya
Penulis: Najamuddin Muhammad
Penerbit: Laksana
Tempat terbit: Yogyakarta
Tahun terbit: 2019
ISBN: 978-602-407-500-2
Jumlah halaman   : 179
Harga buku: Rp 50.000
Peresensi: Yudha Armet Pamungkas

Agar Cepat Kaya adalah buku pertama yang ditulis oleh Najamuddin Muhammad, seorang penulis opini dan resensi buku di berbagai media masa yang tinggal di Sumenep Madura. Melalui bukunya, Najamuddin Muhammad melontarkan argument bahwa Shadaqah merupakan salah satu media memberi dengan memeberikan suatu yang dimiliki, tidak berarti hartanya menjadi berkurang, bahkan malah bertambah. Najamuddin Muhammad mengajak kita agar selalu bershadaqah. Mengutip dari salah satu kalimat yang ditulisnya, " bahwa bersedakah bukanlah mengurangi harta seseorang malah dengan bersedeqah harta seseorang bahkan akan bertambah". Najamuddin Muhammad mengajak kita bahwa opini-opini diluar sana tidaklah benar tentang argumen bahwa shadaqah membuat harta seseorang makin berkurang.

Orang yang bershadaqah memberi dengan tangan sendiri, tentu akan mengetahui realitas sosial yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat. Dengan timbulnya rasa kepedulian sosial, shadaqah juga dapat mengurangi cinta dunia, sehingga menyiapkan diri untuk kehidupan yang abadi, yakni akhirat. Hidup di dunia hanyalah sebagai persiapan menuju kehidupan yang lebih abadi. Sungguh sia-sialah orang yang banyak hartanya, tetapi tidak dimanfaatkan untuk bershadaqah.

Ikhlas merupakan salah satu pondasi dari amal ibadah. Ibadah seseorang mempunyai nilai di sisi Allah Swt. atau tidak, tergantung pada tingkat keikhlasannya. Jika seseorang yang bershadaqah hanya karna ingin mendapatkan pujian dari orang lain, maka harta yang dikeluarkan, meskipun nilainya melimpah ruah, yang diperoleh hanyalah pengakuan dari orang. Ketika ingin bershadaqah, maka tanamkanlah pada hati kita bahwa hal tersebut bukanlah kita yang ingin menolong orang, tetapi kitalah yang ditolong oleh mereka. Saat shadaqah sudah kita "bungkus" dengan keikhlasan, maka Allah Swt. akan senantiasa memberi limpahan barakah-nya.

Agar shadaqah menjadi ibadah yang penuh barakah, maka bershadaqahlah dari sesuatu yang terbaik. Kata "tebaik" dalam hal ini ukurannya tidak terletak pada kuantitas barang yang di berikan, melainkan pada kualitas kecintaan seseorang pada barang tersebut; itulah yang menjadi ukuran paling utama. Bershadaqah bisa diberikan kepada siapa saja yang membutukan. Namun yang lebih utama yaitu memulainya dari yang terdekat seperti orang tua, yatim-piatu, tetangga, pengemis, dan orang tua-renta yang sangat membutuhkan pertolongan.

Orang yang ingin mendapatkan barakah dari shadaqah, sangat dianjurkan untuk melakukan secara istiqamah. Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, orang yang beristiqamah akan selalu berusaha untuk bershadaqah. Orang yang mampu menjaga shadaqah secara istiqamah, secara tidak langsung berarti ia mempunyai tingkat keimanan yang stabil. Pada saat inilah shadaqah mempunyai banyak barakah dan manfaat.

Ketika kita sudah tidak mampu untuk bershadaqah dalam bentuk materi, tenaga dan materi bisa disumbangkan untuk kepentingan seseorang. Sebab, hal ini mempunyai nilai shadaqah. Tenaga bisa kita gunakan untuk menolong orang seseorang yang sangat membutuhkan, atau bakti sosial keagamaan dengan tanpa pamrih dan imbalan uang. Ketika masih mempunyai tenaga dan pikiran, maka saat itu ruang untuk bershadaqah masih ada. Sesuatu yang bernilai shadaqah bukan hanya ihwal menolong sesama manusia, melainkan menolong binatang merupakan bagian dari shadaqah.

Perkara penting yang harus diperhatikan dalam bersedekah yaitu sumber hartanya. Jika sumber shadaqah berasal dari suatu yang tidak halal, baik itu melalui perdagangan yang riba, korupsi, atau pekerjaan-pekerjaan yang tidak halal lainnya, maka itu bisa menjadikan shadaqah tidak ada artinya. Kepada istri seseorang juga bisa bershadaqah, tidak hanya memberikan nafkah meteri yang cukup, melainkan menggauli istri pada hari Jum'at juga merupakan bagian dari bershadaqah. Menggauli istri dengan benar akan memberikan kepuasan batin tersendiri yang tidak bisa dibeli dengan materi, dan sangat dianjurkan pula "bershadaqah" kepada istri yang penuh kenikmatan ini pada hari Jum'at.

Mengungkit-ungkit pemberian termasuk yang dilarang dalam shadaqah. Mmengungkit-ungkit shadaqah, dengan motif apapun merupakan perbuatan yang melecehkan harkat dan martabat manusia. Mengungkit-ungkit shadaqah bukan hanya tidak mendapat pahala, melainkan juga mempunyai sanksi sosial. Orang yang mengungkit-ungkit amalnya tidak akan disenangi, bahkan bisa dibenci orang-orang disekitarnya.

Bershadaqah tapi takut miskin. Orang-orang yang selama ini masih meyakini dengan bershadaqah hartanya bisa berkurang, segera buanglah jauh-jauh keyakinan tersebut. Jika ada seseorang yang bershadaqah terus hartanya kian hari makin berkurang, tentu ada kesalahan dalam bershadaqah, ataupun itu suatu ujian dari Allah Swt. untuk melihat lebih jauh sikap si pemberi shadaqah. Janji Allah Swt. sangat jelas dalam Al-Qur'an bahwa orang yang menshadaqahkan hartanya dijalan-Nya, pasti mendapat balasan yang jauh lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun