Mohon tunggu...
armen syafni
armen syafni Mohon Tunggu... Pengajar Swasta -

Belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Perjalanan Mudik Lebaran

5 Juni 2017   12:14 Diperbarui: 6 Juni 2017   16:15 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik merupakan satu kata magis yang memiliki nilai tersendiri bagi para perantau, seberapa pun beratnya kehidupan di rantau orang, seorang perantau tentu sangat ingin mudik terutama pada saat lebaran.

Mudik, ritual atau budaya menarik yang konon hanya ada di Indonesia. Semua orang Indonesia mempunyai kampung halaman tentunya dan trend atau keterpaksaan yang membuat seseorang meninggalkan kampung halaman untuk menempuh kehidupan didaerah atau kota lain yang menyebabkan adanya ritual/budaya mudik ini. Bagi beberapa bagian masyarakat yang merantau, mudik adalah suatu keharusan untuk membuktikan keberadaan mereka. Berhasil atau tidak, perantau pasti punya keinginan untuk mudik ke kampung halaman dan idul fitri adalah waktu yang tepat untuk melakukannya karena sudah menjadi budaya di Indonesia.

Bagi pemudik yang akan mudik dari pulau Jawa ke pulau Sumatera, catatan perjalanan yang pernah saya lakukan ini mungkin bisa jadi guide untuk menentukan waktu yang tepat agar perjalanan dapat terlaksana sesuai rencana.

Saya memulai perjalanan dari Carita, tau kali ya.... Pantai Carita yg fenomenal itu lhoo, hehehe.....

Perjalanan di mulai saat jam menunjukkan jam 15.00 WIB, dengan mobil Xenia berisi 2 dewasa (saya dan istri) dan 2 anak-anak (umur dibawah 10 thn) kami menuju Merak melalui Anyer-Cilegon-Merak (jarak 61 km via speedometer). Jam 18.30 kami sampai di Merak karena mampir dulu di Cilegon untuk membeli keperluan diperjalanan dan dikampung. Keberuntungan berpihak pada kami karena langsung naik kapal dan kapalnya ukuran sedang sehingga jam 20.15 WIB kami sudah sampai Bakauheni (belum pernah secepat ini saat lebaran).

Langsung tancap gas melewati Kalianda dan beristirahat selama 1 jam di sebuah SPBU di daerah Bandar Lampung (152 km), sampai Bandar Jaya (212 km) jam 03.00 WIB dan Bukit Kemuning (302 km) jam 04.30 WIB beristirahat makan sahur dan sholat subuh selama 1,5 jam. Meneruskan perjalanan Jalan Lintas Tengah sampai Baturaja (428 km) jam 07.30 WIB dan isi bensin full. Setelah melewati Baturaja, mulai ada pemandangan yang menghampar di sepanjang jalan karena sudah terang yang membuat mata lumayan sejuk meskipun begadang semalaman. Selanjutnya tujuan kami adalah kota Lahat (583 km), jam 14.00 WIB sampai di Lahat dan beristirahat, makan dan sholat 2 jam. Tujuan selanjutnya Lubuk Linggau (756 km) dan berhasil sampai jam 17.30 WIB , makan dan istriahat 1 jam langsung ke arah Sarolangun, jam 19.30 WIB sampai Sarolangun (9925 km) dan istirahat di penginapan. Trek Baturaja sampai Lubuak Linggau cukup ekstrim karena banyak jalan turun naik dan berbelok-belok, hal ini malah bagus karena mata sudah cukup lelah sehingga membantu mata karena harus ekstra hati-hati. Sementara jalur Lubuk Linggau ke Sarolangun berbeda jauh dibanding Baturaja-Lubuk Linggau, jalur ini merupakan trek lurus yang ada di jalan lintas sumatera ini, sejauh mata memandang jalanan didepan mata terlihat jelas. 

Jam 08.00 WIB melanjutkan perjalanan dengan tujuan Bangko (1001 km), Muaro Bungo (1078 km), Kiliran Jao (1201 km) dan Solok (1304 km). Di Solok tepat jam 13.00 WIB dan beristirahat selama 1 jam. Kami lanjut ke arah Padang (1362 km) dan sampai jam 16.00 WIB istirahat lagi dan makan. Jam 17.00 WIB langsung arah selatan kekampung halaman dan sampai jam 20.00 WIB di rumah orang tua tercinta yaitu Pasar Taratak km 111 dari Padang. Jalur Padang ke kampung halaman yang berjarak 111 km merupakan jalan yang sangat ekstrim, tanjakan dan turunan serta berbelok-belok adalah ciri khas jalan ke Pesisir Selatan. Kondisi jalan yang seperti ini yang membuat Bus sering masuk jurang sehingga saat ini transportasi umum yang digunakan adalah travel dengan mobil minibus. Bus hanya sesekali melewati jalur ini dan itupun seringnya untuk membawa barang. Kelelahan perjalanan selama lebih kurang 53 jam (plus nginap) ini terbayar sudah setelah bertemu keluarga dan sanak saudara di kampung halaman.

#AyoMudik

#AyoLebaran

#Silaturahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun