Mohon tunggu...
Arma Winata
Arma Winata Mohon Tunggu... -

perempuan, pendidikan: Universitas Indonesia, bekerja di perusahaan swasta asing, belum menikah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Opaku sudah Meninggal

12 Juli 2011   02:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semasa hidupnya Opaku pernah bilang : " Ini negeri Indonesia non, negeri yang besar dengan rakyatnya yang ramah-tamah dan kekayaan alamnya melimpah-ruah "

Kini harus bilang apa ya ?

Opa sudah berpulang menghadap Tuhan YME sebelum Indonesia masuk era Reformasi. Boleh jadi sayang sekali, karena beliau tak sempat menyaksikan cucunya sudah dewasa, ada pula yang sudah berumah tangga dan dikaruniai anak yang cantik, ganteng lucu menggemaskan.

Sangat boleh jadi juga beruntung, Opa sudah tiada sehingga beliau yang sudah renta tak perlu menyaksikan negeri yang amat beliau cintai dan banggakan ini menjadi seperti sekarang.

Beliau tak perlu menyaksikan bangsa ini sudah menjadi bangsa pemarah yang beringas, ramah-tamah tinggal basa-basi, toleransi hanya sebatas slogan, kerukunan hidup beragama tinggal kenangan.

Beliau tak perlu menyaksian bangsa ini begitu terpuruk dimata teman2nya di Asia apa lagi Eropah, bangsa yang memiliki kekayaan alam berlimpah tapi tak mampu mengolah hasil alamnya sendiri, bangsa yang dulu begitu terhormat bila Opa datang ke Saudi Arabia, kini kita disepelekan.

Dulu Opa pernah bilang : " Pendidikan di Indonesia paling bermutu di Asia Tenggara, non bisa lihat buktinya, kita mengirim banyak guru dan dosen ke Malaysia, juga menerima banyak pemuda/i Asia belajar di Indonesia "

Untunglah Opa tak menyaksikan, orang yang dulu belajar dari Indonesia kini menguasai bahagian terbesar perkebunan sawit Indonesia, dan orang Indonesia hanya jadi "koeli" seperti van voor d' oorlog kemudian harus impor hasil buminya sendiri.

Tentara Indonesia amat menjadi kebanggaan Opa, bahkan Opa bilang ksatria Indonesia melebihi samurai Jepang hahahaaaaa .......

Kini Opa telah tiada, beliau tak menyaksikan bagaimana Tentara Nasional Indonesia nyaris kembali menggunakan bambu runcing,karena tak mampu mempersenjatai dirinya dengan senjata modern.

Opa beruntung, sehingga ketika Opa bertemu Tuhan Opa tak perlu ceritakan bahwa di Indonesia ada korupsi berjemaah, setiap lima tahun Pemilu di Indonesia bukan pesta demokrasi lagi, tapi benar2 pesta bagi-bagi duit dan sembako, nikmat sesaat dan tidak punya arti apa-apa kecuali hanya menghasilkan orang kaya baru tapi rakyatnya makin miskin.

Aku banyak belajar dari cerita Opa dan cintaku pada Indonesia insya Allah tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun