Kebahagiaan bebas berkata-kata, bebas berpendapat dan berserikat hanya segelintir dan sebatas kalangan pers, pengamat dan para tokoh2, sedangkan rakyat awam apakah butuh itu ?
Kebahagiaan bisa duduk dalam posisi kekuasaan hanya dinikmati segelintir dan sebatas kalangan politikus baik kelas nasional maupun kelas kampung, sedangkan rakyat awam yang jumlahnya jauh lebih besar dan tersebar sampai pelosok yang tak terjangkau pembangunan, sekedar mencari sesuap nasi saja sulit.
Kebahagiaan adilnya pelaksanaan hukum, hanya dinikmati segelintir orang yang punya kedekatan dengan penguasa, sedangkan rakyat awam masih merasakan hukum seperti mata pisau yang tajam kebawah tapi tumpul keatas.
Kebahagiaan menikmati kebutuhan dasar sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan bagi sebagian besar rakyat indonesia makin jauh dari jangkauan.
Mampukah para elit bangsa yang kini sedang berada dipanggung kekuasaan menjawab ?
Sebenarnya mampu mereka menjawab pertanyaan sederhana ini, karena mereka secara akademis adalah orang2 cerdik cendekia, tapi sayang siapapun orangnya apabila sedang dalam keadaan "mabuk kekuasaan" rakyat harus bisa memaklumi, kalau mata mereka menjadi pudar, telinga menjadi tuli dan bicaranya kacau.
Rakyat sesungguhnya masih punya kemampuan menghukum mereka pada Pemilihan Umum tahun 2014, tapi aku pesimis itu bisa dilakukan dengan baik oleh bangsa ini.
Mari bersama-sama bangsa didunia, kita saksikan apa yang akan terjadi di Indonesia pasca pemerintahan SBY
Reformasi jilid II ? Wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H