Sekejap nyawa berontak
lalu tinggalkan tubuh
pergi sejauh-jauhnya
Angin menderu
kemudian mendatangi raga
sebelum nyawa hilang dari binar mata
"Kau mau ia kembali?"
tanya angin kepada raga
"Iya"
"Isaplah madu langit
tadahlah sinar rembulan
sebab sudah lama nyawamu
cerai berai dari jiwamu
kau tahu?
nyawamu rindu dicumbui jiwa
sedang ragamu bagai telaga keruh
dan setiap saat kering
dari mata air cinta" pungkas angin
Makassar | 28 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!