Pagi telah kenyang
setelah memakan
semua suara-suara protes
tersisa kepala-kepala patuh
dan jemari-jemari ulet
yang terpaksa membudak
untuk mengukir masa depan para borjuis
Memang pagi dan mataharinya
adalah realita bahwa seseorang
butuh makan
sedang suara-suara protes
tak ubahnya utopisme
yang kerap menuntun sesorang
menuju kemelaratan hidup
meski yang dibelanya adalah keadilan
Makassar | 18 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!