ketika wajah mentari mulai menyembul, ku dapati beberapa aksara, terjuntai lemas, terjepit di pagar bambu tetangga
saat ku amati dari dekat, sontak ia membentuk tulisan: "kau selalu sibuk menjadi orang lain"
aku abaikan. kuayunkan langkah, berpaling dari rangkaian aksara itu. ia kemudian terkekeh
aku berbalik badan dan membaca pesannya: "hidupmu penuh topeng, sehari-hari menyembunyikan diri di balik kata"
aku tak setuju. aku mulai murka. kucopoti satu persatu aksara itu lalu membuangnya di comberan tetangga. lalu melangkah lagi.
entah mengapa. aksara-aksara aneh itu bangkit dari comberan busuk, berteriak kemudian menghilang:
"sudah lama kau terperosok ke dalam jurang kehampaan hidup. sudah lama harga dirimu tergerus. tersisa angkuh dan keras hati. tapi masih saja kau bangga jalani hari"
(catatan langit, 15 juni 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H