Bayangkan tak ada surga, dapatkah ia dikatakan sebuah tempat yang disesaki ragam kenikmatan, tatkala tak ada pembanding serupa neraka yang menyengsarakan?
Lalu di antara milliaran manusia, siapa di antaranya yang tak pernah menyentuh nikmatnya pohon dosa? ah...mungkin saja aku disangka ngawur oleh mereka yang ahli agama, sementara aku hanya insan biasa di wajah agama.
Di puisi sederhana ini, perkenankan kupahat sebait lagi. Dari pohon dosa; nerakalah, ciptaan tak pernah mencicipi ketenangan, hingga belajar merangkak lalu berjalan menjauhkan diri meski tertatih, dari neraka menuju surga.
(Catatan langit, 19 Mei 2019)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!