Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berak di Bawah Matahari Negeri

5 April 2019   11:23 Diperbarui: 5 April 2019   12:19 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari semakin berlari tinggalkan kehangatan pagi. Juga telah meninggalkan halimun dan embun.

Anak-anak negeri yang terlupa semalam menari di kegelapan dengan perut kekenyangan, kini telah terbangun. Dan kembali memulai aksi jahatnya.

Tak pernah malu, pun tak pernah tebersit niat mulia untuk berhenti membuat sesama menderita dengan menyemburkan kata-kata kotor.

Memenuhi ruang negeri dengan laku yang busuk; korupsi, konspirasi, eksploitasi alam untuk kepentingan perut sendiri.

Dan jika mulai terusik kepentingan dangkalnya, ia pun tebar-tebar fitnah dan menghasut anak negeri.

Semua itu membikin udara yang kita hirup tak lagi sejuk, ditambah sinar murka matahari panas menyengat.

Hentikan mereka atau bau busuk akan terus memenuhi jantung negeri dan membikin anak-anak bangsa yang sadar muntah setiap hari.

(Catatan langit, 5/4/19)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun