Perlawanan-perlawanan kecil dari penghuni bawah tanah, kini mulai bermunculan. Mereka tak bisa lagi diam.
Sikap perlawanan itu berupa suara-suara protes. Ada yang lantang ada yang lirih. Suaranya menyeruak terbawa embusan angin.
Suara semut, jangkrik, ular, rayap, cacing, lipan. Mereka semua melawan karena rasa lapar berkepanjangan mulai terasa.
Lapar karena habitatnya dirusak oleh manusia. Atas nama perluasan lahan permukiman, atas nama pembangunan, sumber-sumber makanannya dihancurkan.
Dan mulai terasa perlawanan mereka. Satu persatu sudah menyerang rumah-rumah penduduk, melalui bagian depan rumah, pondasi hingga dari bagian belakang rumah.
Perlawanan itu harus diwaspadai. Karena semakin hari ulah sebagian manusia tidak lagi bersahabat dengan mereka.
Khawatir di hari mendatang mereka mengorganisir diri, bersatu padu melakukan perlawanan-perlawanan besar terhadap manusia.
(Catatan langit, 18/03/19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H