Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Kembali Menderas Ketika Kota Ini Belum Berubah

18 Maret 2019   06:38 Diperbarui: 18 Maret 2019   06:43 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini hujan kembali menderas. Mengusir sunyi langit, menghempas atap rumah bagai menghalang langkah kaki keluar rumah sambut pagi.

Seperti biasa, aku tak pernah ragu, di jalan-jalan pasti akan penuh genangan air. Karena belum ada yang berubah.

Sampah-sampah dari manusia yang mengaku sadar masih menyumbat selokan-selokan kota.

Sebagian rasa peduli mungkin telah bersembunyi, dan sebagian lainnya sengaja mati. Semuanya berlomba menanam besi.

Semuanya berlomba dirikan bangunan megah, semuanya berlomba menutup selokan. Tapi tak berlomba bersihkan selokan.

Ketika hujan tak henti menderas, niscaya hadirkan banjir di mana-mana. Melihat keadaan ini, para penyair pasti tertawa dan berkata;

"Air di kotamu bingung mau ke mana, karenanya ia memilih tinggal dan Tuhan tidak pernah terlibat banjir di kotamu".

(Catatan langit, 18/03/19)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun