Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senjamu dan Senjaku

13 Maret 2019   09:16 Diperbarui: 13 Maret 2019   09:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.flickr.com

Senjamu mungkin isyaratkan rasa bahagia karena memburaikan lembayung manjakan mata. Tapi senjaku di sini isyaratkan derita hidup. Cahaya indahnya sedikit ditudungi oleh awan gelap derita hidup. Derita hidup para Daeng yang lelah kerja serabutan.

Riuh tangisan anak kecil dan tangisan bayi-bayi lapar ditinggal ibunya pun tak henti menggaung merobek ketenangan; undang gelisah makin menambah tebalnya kemalangan hidup.

Senjamu mungkin disambut dengan syair-syair kasih sayang dan rindu. Tapi senjaku tak pernah disambut dengan syair-syair seperti itu. Semburat jingga senja di ufuk Barat di sini kadang disambut oleh api amarah karena laku penebar janji belum jua ditepati.

Senjamu dan senjaku saat ini mungkin berbeda kawan. Tapi tak lelah diriku menanti dan terus bermunajat semoga esok lusa kita dilingkupi oleh senja yang sama dan merasakan hal yang sama.

(Catatan langit, 13/03/19)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun