Aksara-aksara cinta; bukan cinta pada lawan jenis. Yang sejam lalu menyala-nyala di dada ini padam sejenak. Amarah telah mematikan gejolaknya. Amarah ini membuncah lalu tumpah gara-gara lelaki malang yang duduk di gelapnya malam sudah tuli.
Tak hirau akan kata-kataku. Ia hanya peduli pada rintihan jiwa cengengnya. Padahal aku mengajaknya untuk menjahit luka Nusantara karena laku sang durjana yang menebar ancaman dan tipu daya di mana-mana. Ya sudah, aku cari lelaki lain saja yang masih memiliki rasa cinta terhadap negeri ini.
Aku pamit dari kalian. Terima kasih telah memberiku waktu berkata-kata tak dipedulikan.
(Catatan lain, 08/03/19)