Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menanti Sang Mentari

9 Februari 2019   09:37 Diperbarui: 9 Februari 2019   10:22 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah tiga jam aku duduk di sini
Di balai bambu
Menghadapkan wajah
ke arah mentari terbit
Angin pagi berembus
menggerakkan pucuk daun padi
Datang mempersembahkan hawa dingin
ke tubuhku yang dibalut baju tipis
Andai tak ada secangkir kopi hitam hangat,
Aku sudah menggigil lalu membeku

Sudah tiga jam aku duduk di sini
Bertahan menanti sang mentari
Yang kulihat hanya gumpalan awan hitam
Menari-nari di cakrawala
Di bawahnya ada barisan butir-butir hujan, kadang deras kadang gerimis
Tempiasnya jatuh di atas tembok tua milik balai pertanian
Lalu menyentuhku

Hati dan pikiran sudah mufakat:
Aku tak akan beranjak sedikitpun
Sebelum melihat sinar indahmu
Aku tak akan berangkat ke kota Daeng
Sebelum merasakan hangat sinarmu

(Catatan langit, 9 Februari 2019)
Di Kaki Bukit Tamarunang Kab. Gowa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun