Sudah tiga jam aku duduk di sini
Di balai bambu
Menghadapkan wajah
ke arah mentari terbit
Angin pagi berembus
menggerakkan pucuk daun padi
Datang mempersembahkan hawa dingin
ke tubuhku yang dibalut baju tipis
Andai tak ada secangkir kopi hitam hangat,
Aku sudah menggigil lalu membeku
Sudah tiga jam aku duduk di sini
Bertahan menanti sang mentari
Yang kulihat hanya gumpalan awan hitam
Menari-nari di cakrawala
Di bawahnya ada barisan butir-butir hujan, kadang deras kadang gerimis
Tempiasnya jatuh di atas tembok tua milik balai pertanian
Lalu menyentuhku
Hati dan pikiran sudah mufakat:
Aku tak akan beranjak sedikitpun
Sebelum melihat sinar indahmu
Aku tak akan berangkat ke kota Daeng
Sebelum merasakan hangat sinarmu
(Catatan langit, 9 Februari 2019)
Di Kaki Bukit Tamarunang Kab. Gowa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H