Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mata Rantai Kezaliman

29 Desember 2018   04:55 Diperbarui: 29 Desember 2018   05:39 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmuwan tenggelam dalam waktu

Menyepi dari keramaian

Siang malam berpikir

Dengan kepolosan memandang dunia

Hari-hari esok adalah eksperimen

menemukan alat teknik

Inovasinya mendatangkan manfaat

Pengusaha hitam melirik

Dengan kuasa modal

memberi janji dan berkonspirasi

Berhitung menganalisa

tentang harga, untung rugi, pasar

lalu mempatenkan temuan

Di sanalah akumulasi kapital dirundingkan

Politisi tunamoral berhasrat

diajak berkompromi

Diberi iming-iming

agar menyediakan lahan

Mencipta tatanan hukum

Merumuskan pasal-pasal

Menjamin kebebasan individu

Melindungi karya perorangan

Di sanalah hukum dan kekuasaan dibeli

Para 'budak' kaum pemodal sibuk beriklan

Memanipulasi bahasa

Menggema ke segala penjuru

Menetapkan standar kemajuan

Menawarkan kriteria : kampungan dan ke kinian

Para buruh dipaksa berjibaku

Bekerja sesuai target

Merintih di tengah deru mesin

Bahan bakarnya keringat

Dengan jam kerja yang membunuh

upah yang mencekik

mereka memproduksi

Demi kepuasan majikan

'Media pesanan' tak mau kalah

Yang seharusnya diberitakan dipinggirkan

Mata, telinga, nalar pun dipaksa

Merespons tipuan dan godaan

Agar konsumen berpacu membeli

'Publik figur' gayung bersambut

Popularitas dan tubuh digunakan

Terseret skenario pemodal

Yang penting dapat keuntungan

Konsumen tak mau tahu

Yang penting bisa menikmati

memenuhi daftar kesenangan

Mata rantai 'kezaliman' yang kuat

Siapa yang berani memutus

Mengganggu pasar

Mengganggu stabilitas

Bersiaplah menghadapi 'hukum' dan 'alat negara'

(Catatan langit)

Makassar, 29 Desember 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun