Aku suka Kelabu,
warna-warni kusam pembawa ceria,
yang mengingatkanku dengan riuh langkah kaki-kaki belia,
hangat, tentram,
tak peduli dengan salah-benar aturan dunia
Aku suka melihat mendung,
gumpalan monokrom kelabu,
dengan titik-titik sejuk membelai wajahku,
ringan terbang terbawa angin,
tanpa beban menjelajah bumi
Aku suka melihat hujan,
bermain dan berlari dibawahnya,
atau sekedar diam mendengar rintiknya
Bagiku hujan adalah nostalgi,
pengingat kenangan yang tak pernah pergi,
Temanku pernah berkata,
“dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu”
“dan dalam gerimis akan selalu ada hati yang menunggu”
Apakah kau ingat saat hujan mengguyur kita mentah-mentah?
kau hanya tertawa lepas dan mengajakku berlari
menerobos kencang melalui kisi-kisi pelangi
kanan-kiri, lalu berputar sembilan kali,
berlari cepat dan melompat jatuh dalam genangan,
ulangi lagi dua sampai tiga kali,
hingga kau tertawa dan melepas isi hati
Ayo menari bersama! Katamu saat itu,
Bebaskan semua rasa sampai hilang pengap di dada
Tertawalah lepas karena guruh akan menyambutmu
Menangislah deras karena hujan menyamarkan air matamu
Ayo, kemari. Larutlah bersama kami
Tak usah malu ataupun sungkan
Karena tarian ini adalah tarian hujan
Butir-butir bening bercampur pasir
Menciprati muka dan hatiku yang berdesir
Dan membekukan momen tersebut pada setiap hujan yang turun membasahi hari
Hingga pada hujan yang turun pada hari kau berkata
“sepertinya aku tak butuh payungmu lagi”
Sambil mengembangkan payung indah milikmu sejak lama
Payung indah yang disimpan aman dalam lemari
Yang hanya ditengok sekali-sekali
Yang menjadi cadangan saat payung tua milikku berlubang
Hingga meloloskan tetes air bercampur angin yang selalu menyapamu dengan ucapan selamat sore
Dulu kau suka itu,
dan itu hal yang paling kusuka
Sebelum kau mulai membenci hujan,
Dan membohongi diri dengan sesuatu yang kau sebut realistis
Sebelum kau pergi dengan payung indahmu,
Dan melupakan kesenangan kita bermain hujan
Hingga kini, kau masih tetap membenci
Sedangkan aku tetap setia bermain hujan
Diluar kepala, aku hafal tarian hujan
“kanan-kiri lalu berputar sembilan kali”
Tetap menunggumu sadar kembali
Walau hanya sebatas keyakinan
Yang mungkin tak sama dengan kita yang kemarin
“berlari cepat lalu melompat jatuh dalam genangan”
Kutunggu kau menari kembali,
tunjukan denyut ceria dibawah hujan
“ulangi lagi dua sampai tiga kali, hingga kau tertawa melepas isi hati”
Ayo, kemari. mari menari bersama kami !
bebaskan semua gengsi dan semua beban,
tak perlu malu dan tak usah sungkan
seperti kalimat yang selalu kau ucapkan
"tarian ini adalah tarian hujan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H