Mohon tunggu...
armansyah gazali
armansyah gazali Mohon Tunggu... -

jika dosen bertanya 'apa yang akan kamu lakukan setelah lulus?' saya akan menjawab dengan volume paling poll: "BACKPACKING !!"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tarian Hujan

17 Januari 2011   11:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku suka Kelabu,

warna-warni kusam pembawa ceria,

yang mengingatkanku dengan riuh langkah kaki-kaki belia,

hangat, tentram,

tak peduli dengan salah-benar aturan dunia



Aku suka melihat mendung,

gumpalan monokrom kelabu,

dengan titik-titik sejuk membelai wajahku,

ringan terbang terbawa angin,

tanpa beban menjelajah bumi



Aku suka melihat hujan,

bermain dan berlari dibawahnya,

atau sekedar diam mendengar rintiknya



Bagiku hujan adalah nostalgi,

pengingat kenangan yang tak pernah pergi,



Temanku pernah berkata,

“dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu”

“dan dalam gerimis akan selalu ada hati yang menunggu”



Apakah kau ingat saat hujan mengguyur kita mentah-mentah?

kau hanya tertawa lepas dan mengajakku berlari

menerobos kencang melalui kisi-kisi pelangi



kanan-kiri, lalu berputar sembilan kali,

berlari cepat dan melompat jatuh dalam genangan,

ulangi lagi dua sampai tiga kali,

hingga kau tertawa dan melepas isi hati



Ayo menari bersama! Katamu saat itu,



Bebaskan semua rasa sampai hilang pengap di dada

Tertawalah lepas karena guruh akan menyambutmu

Menangislah deras karena hujan menyamarkan air matamu



Ayo, kemari. Larutlah bersama kami

Tak usah malu ataupun sungkan

Karena tarian ini adalah tarian hujan



Butir-butir bening bercampur pasir

Menciprati muka dan hatiku yang berdesir



Dan membekukan momen tersebut pada setiap hujan yang turun membasahi hari



Hingga pada hujan yang turun pada hari kau berkata



“sepertinya aku tak butuh payungmu lagi”



Sambil mengembangkan payung indah milikmu sejak lama

Payung indah yang disimpan aman dalam lemari

Yang hanya ditengok sekali-sekali

Yang menjadi cadangan saat payung tua milikku berlubang

Hingga meloloskan tetes air bercampur angin yang selalu menyapamu dengan ucapan selamat sore



Dulu kau suka itu,

dan itu hal yang paling kusuka



Sebelum kau mulai membenci hujan,

Dan membohongi diri dengan sesuatu yang kau sebut realistis

Sebelum kau pergi dengan payung indahmu,

Dan melupakan kesenangan kita bermain hujan



Hingga kini, kau masih tetap membenci

Sedangkan aku tetap setia bermain hujan

Diluar kepala, aku hafal tarian hujan



kanan-kiri lalu berputar sembilan kali



Tetap menunggumu sadar kembali

Walau hanya sebatas keyakinan

Yang mungkin tak sama dengan kita yang kemarin



berlari cepat lalu melompat jatuh dalam genangan



Kutunggu kau menari kembali,

tunjukan denyut ceria dibawah hujan



ulangi lagi dua sampai tiga kali, hingga kau tertawa melepas isi hati



Ayo, kemari. mari menari bersama kami !

bebaskan semua gengsi dan semua beban,

tak perlu malu dan tak usah sungkan

seperti kalimat yang selalu kau ucapkan



"tarian ini adalah tarian hujan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun