Mohon tunggu...
armansyah gazali
armansyah gazali Mohon Tunggu... -

jika dosen bertanya 'apa yang akan kamu lakukan setelah lulus?' saya akan menjawab dengan volume paling poll: "BACKPACKING !!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Festival Budaya Jepang: Cosplay, Dorayaki, dan Doraemon

10 Januari 2011   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ikut ke festival budaya Jepang yuk? Temenku ada yang cosplay 1 di sana, sekalian mau beli dorayaki 2 sama gantungan kunci doraemon 3” Itulah perkataan adik saya saat melihat iklan festival budaya Jepang yang diadakan di salah satu hotel berbintang empat di kota Bogor. Dengan malas-malasan saya hanya menjawab sekenanya sambil terus menatap liputan tentang kepulauan Raja Ampat di televisi. Malas, batin saya. Festival budaya Jepang yang terbayang dalam pikiran saya adalah sekumpulan anak-anak baru gede yang berpakaian ala  Harajuku4 dan menyanyikan lagu-lagu theme song kartun jepang yang mungkin liriknya tidak mereka pahami. okee,,kalau gak mau nemenin, silahkan jadi sopir pribadi si mamah nganter ibu-ibu arisan ke Bekasi…” ancam adik saya sambil melempar kunci mobil. Terbayang jalanan Bekasi yang macet dan ibu-ibu arisan yang cerewet saya langsung menyerah. Dengan ikhlas dan sukarela saya menyerahkan tugas tersebut pada Paman dan memberikan kunci mobil untuk mengantar mereka sampai tujuan. Sambil mandi dan bersiap-siap pergi saya hanya bisa membatin: “bergaul dengan sekelompok remaja berkostum aneh lebih menyenangkan dibanding seharian penuh bersama ibu-ibu arisan” Pukul setengah dua siang, kami tiba di depan hotel yang terletak bersebrangan dengan Kebun Raya Bogor tersebut. dari jauh sudah terlihat antrian panjang di pintu masuk ke bagian kolam renang. Ya, festival tersebut diadakan di areal kolam renang dan beberapa ruangan di lantai dua. Tiket masuknya cukup murah, hanya sepuluh ribu rupiah kita bisa mengikuti acara dari jam sepuluh pagi sampai jam sepuluh malam. Areal sekitar kolam renang dijadikan lokasi untuk berjualan makanan khas jepang seperti dorayaki, tempura, sushi, dan mie ramen. Dengan porsi kecil dan rasa yang unik, harga yang ditawarkan memang sedikit lebih mahal, yakni lima belas ribu hingga dua puluh lima ribu rupiah. Harga yang cukup pantas untuk pengalaman kuliner yang jarang ada di kota Bogor. Sambil mengobrol dengan salah satu penjaga kios makanan tersebut, saya mengetahui bahwa makan-makan yang dijual merupakan kreasi dari mahasiswa perhotelan yang bersekolah di hotel tersebut. acara festival budaya ini juga hasil kreatifitas mahasiswa sastra Jepang dari salah satu universitas swasta di kota Bogor. [caption id="attachment_84183" align="aligncenter" width="240" caption="dorayaki, jajanan khas favorit pengunjung"]

1294645827156891074
1294645827156891074
[/caption] [caption id="attachment_84184" align="aligncenter" width="240" caption="sushi dan deretan kios makanan khas jepang"]
12946459161394457388
12946459161394457388
[/caption] Saya melirik brosur yang dibagikan di loket karcis sebelumnya. Pertunjukan teater tradisional jepang dimulai tiga puluh menit lagi. Sambil menuju ruangan pertunjukan di lantai dua, saya langsung diseret menuju kios yang menjual pernak-pernik tokoh kartun jepang oleh adik saya. Terdapat lebih dari dua puluh kios yang menjual pernak-pernik khas jepang. Tidak hanya tokoh kartun, pernak-pernik tradisional jepang seperti kipas, lukisan, kimono, hingga tulisan nama kita dalam huruf kanji juga dijajakan disini. [caption id="attachment_84185" align="aligncenter" width="240" caption="memilih pernak-pernik doraemon dan tokoh animasi lainnya"]
1294645714911396976
1294645714911396976
[/caption] [caption id="attachment_84188" align="aligncenter" width="240" caption="menulis nama dengan huruf kanji"]
1294646346375059539
1294646346375059539
[/caption] Tepat pukul tiga sore ruangan pertunjukan dibuka. Pertunjukan yang bercerita tentang penculikan putri dan pengkhianatan pengawal tersebut berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam. Dialognya menggunakan bahasa jepang dengan terjemahan di layar proyektor. Cukup bagus dengan penataan cahaya dan kostum yang indah. Acara selanjutnya yang sudah ditunggu-tunggu adalah cosplay. Puluhan remaja dengan kostum-kostum unik dan mirip tokoh kartun jepang beraksi di atas panggung. Beberapa dari mereka melakukan pertunjukan semi-drama yang berisi cuplikan adegan film lengkap dengan pernak-pernik tokoh yang mereka perankan. Didorong rasa penasaran saya bertanya kepada salah satu peserta dengan kostum robot yang cukup rumit. Saya bertanya kenapa dia menyukai aktifitas ini dan dimana ia membeli kostum tersebut. jawaban yang saya dapat cukup menarik. Ternyata, Rata-rata peserta cosplay tersebut membuat sendiri kostumnya. Beberapa diantaranya mengunakan barang-barang bekas yang didaur ulang dan dibuat semirip mungkin dengan karakter di film kartun tersebut. [caption id="attachment_84186" align="aligncenter" width="300" caption="menunggu giliran tampil"]
1294645783713768673
1294645783713768673
[/caption] Hebat, pikir saya. Selama ini saya hanya menganggap kegiatan tersebut hanya membuang uang dengan membeli kostum yang mahal. Ternyata dengan didorong hobi dan kecintaan mereka terhadap budaya jepang, konstum yang rumit dapat diciptakan dan membentuk suatu budaya baru di masyarakat kita. Tidak jarang diantara mereka banyak yang fasih berbahasa jepang walaupun mereka belajar secara otodidak dari lagu atau dialog film kartun. Festival budaya jepang ternyata menarik juga, ujar saya dalam hati. [caption id="attachment_84187" align="aligncenter" width="240" caption="salah satu peserta cosplay dengan kostum dari bahan daur ulang"]
12946461711002576067
12946461711002576067
[/caption] Sambil menunggu adik saya memborong pernak-pernik jepang sebelum pulang, saya berpikir jika ada festival budaya Indonesia yang diadakan disini apakah pengunjungnya akan seramai ini? Kalau ada lomba cosplay ala Indonesia apakah masih ada remaja-remaja yang mau bersusah payah membuat kostum Gatotkaca atau Hanoman? Mungkin saja, kalau festival budaya kita dibuat unik sedemikian rupa agar menarik untuk dikunjungi, dan mungkin saja beberapa tahun kedepan saya akan diseret ke festival budaya Indonesia oleh adik saya, sambil memborong gantungan kunci Hanoman atau Gatotkaca, bukannya gantungan kunci doraemon yang sekarang tergantung manis di telepon genggamnya. Catatan: Cosplay: Cotume play atau bergaya mengenakan kostum seperti tokoh idola di kartun lengkap dengan Dorayaki: Kue tradisional khas Jepang doraemon:  Salah satu tokoh animasi jepang, robot kucing yang datang dari masa depan harajuku: Salah satu distrik di Jepang tempat berkumpulnya anak-anak muda yang berpakaian unik dan aneh sebagai bukti eksistensi mereka. gaya harajuku merupakan salah satu trend mode berpakaian yang cukup sering dipakai di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun