Mohon tunggu...
armansyah gazali
armansyah gazali Mohon Tunggu... -

jika dosen bertanya 'apa yang akan kamu lakukan setelah lulus?' saya akan menjawab dengan volume paling poll: "BACKPACKING !!"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Nisan di Lereng Semeru

16 Desember 2010   12:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:40 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

41 tahun yang lalu kau berkata ”bahagialah mereka yg mati muda”

dan Mahameru jadi saksimu menghadap Dia.

Ya, aku pernah ke makam mu, dengan jaket tebal dibawah hujan abu.

Tak ada bunga waktu itu, hanya ada Gudang Garam dan sebungkus Dji Sam Soe.

Kuletakkan di atas nisanmu, tanda batu tanpa jasad, penanda jalan bagi mereka yang tersesat.

Kubakar satu, dan kubiarkan kabut menyesap asap yang mengambang tinggi mengepul pekat.

Hirup wanginya kawan!

Ini wangi Pertiwi yang selalu kau banggakan.

Dahulu dan sekarang tak ada beda, hanya rupa dan peran yang terus berganti.

Ah, andai kau masih disini,

Koran pasti penuh dengan nama-nama yang kau maki.

Resapi hangatnya kawan!

Seperti alam yang selalu memberi,

tanpa sedikitpun menerima kembali.

Seperti halnya mereka yang selalu ditindas,

yang memberi haknya pada pada kaum atas.

Selalu terdengar doanya, ikhlas, ikhlas, ikhlas,

Pasrahkan semua pada yang maha membalas.

Kopiku hampir habis kawan, tapi aku akan tetap berbagi,

Cerita-derita tentang negeri yang katanya reformasi.

Dimana katanya semua bebas, bebas menjajah dan merampas.

Tanpa peduli apa, siapa,dan dimana.

Aku akan terus berkisah sampai embun menjelang basah,

hingga siap melangkah dari Arcopodo sampai Ranukumbolo.

Mencapai puncak memang berat kawan,

Tapi lebih berat saat turun meninggalkannya.

Izinkan aku bermalam di pusara mu kawan,

Hotel bintang seribu beralas batu,

dimana aku, dia, mereka, satu.

Menjawab alam yang menjerit pilu.

Saksikan kami dari atas sana,

melanjutkansemangatmu sang pejuang kata.

Andai kau ikut bersama kami, akan kutunjukkan  ruginya mati muda.

Karena kami akan bertambah tua, dan menikmati rasanya jadi manusia

Semoga kau bahagia kawan, dilereng Semeru yang selalu kau cinta.

Aku hanya pendaki biasa, yang numpang lewat bicara suka-suka.

Jangan dihiraukan aku hanya butuh teman bicara,

yang menjagaku tetap waras ditengah kabut belerang yang menyelimuti.

Selamat istirahat kawan, terimakasih atas gores sejarahmu pada bangsa ini

Aku pamit, dan akan kembali,

Mungkin selesai skripsi atau setelah beres disertasi.

Dan aku akan membawa cerita tentang negeri,

Entah duka maupun gembira, mungkin kau sudah bisa menduga

Sampai nanti kawan, sampai beberapa tahun kedepan

Tetap temani kami dari atas sana,penerus semangatmu sang pejuang kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun