Mohon tunggu...
Arman Sagan
Arman Sagan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pengamat Kehidupan, Abdi Negara, Petugas Pemasyarakatan

Karena ku ingin menulis maka aku menyimpan kata, menaruhnya rapih di almari benak, tuk kelak menumpahkannya lewat aksara yang berbaris, ber'shaf, berlapis, dan kuharap bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wisata di Era Pandemi, Narasi Melawan Ketakutan

8 Agustus 2020   13:08 Diperbarui: 8 Agustus 2020   18:29 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid 19 telah menghantui dunia sejak awal Januari 2020. Berdasarkan data yang dirilis WHO hingga Jumat 7 Agustus 2020, terdapat 18,9 juta kasus Covid 19 di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 709.511 orang.

Di Indonesia, jumlah kasus positif Covid 19 mencapai 121,226 orang dengan 5.593 orang meninggal dunia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan laju penyebaran penyakit ini, namun dengan grafik yang terus menanjak, ancaman Virus Sars Cov-2 belum terlihat ujung pangkalnya.

Tapi di tengah situasi yang mengkhawatirkan ini banyak negara mulai melonggarkan aturan pembatasan kegiatan, Indonesia merupakan salah satu di antaranya, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang sudah diterapkan sejak bulan April mulai diubah dengan Adaptasi Kebiasaan Baru, meski dengan syarat-syarat tertentu sesuai kondisi masing-masing daerah.

Dunia usaha mulai diberikan ijin untuk kembali bergerak, termasuk di antaranya dunia pariwisata, beberapa objek wisata kembali dibuka, hotel dan restoran kembali melayani pelanggan.

Apakah ini keputusan yang tepat? Apakah membuka kembali pariwisata tidak akan menimbulkan klaster baru atau malah memicu meningkatnya penyebaran Covid 19 dengan skala yang lebih luas?

Pandemi Covid 19 ibarat badai menghantam ke segala arah, menghancurkan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Krisis kesehatan, krisis sosial dan budaya dengan munculnya ketakutan berlebihan terhadap Virus Corona, berkembang menjadi krisis ekonomi, yang menurut beberapa ahli akan lebih buruk dari krisis-krisis sebelumnya.

Dunia memasuki resesi global dengan cara yang tidak pernah terjadi sebelumnya, banyak negara sudah mengumumkan negaranya dalam keadaan resesi, Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencatat angka negatif pada dua kuartal terakhir, Indonesia tidak lama lagi akan menyusul.

"kami tahu apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian. Apa yang kita tidak tahu adalah bagaimana menghidupkan kembali orang" kalimat yang disampaikan Presiden Ghana pada akhir Maret 2020 menjadi populer dan mendapat sanjungan dari banyak pihak. 

Namun dengan kondisi ekonomi yang semakin melemah, semua kalangan dapat merasakan bahwa masalah ekonomi boleh jadi lebih menakutkan dari pada Covid 19 itu sendiri.

Salah satu Lembaga nirlaba yang fokus menyoroti kemiskinan dunia, Oxfam memperingatkan potensi kematian akibat  kelaparan dalam masa pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai 12 ribu orang per hari pada akhir 2020, angka ini menunjukkan bahwa potensi kematian akibat kelaparan bisa merenggut lebih banyak nyawa dari infeksi Sars Cov-2 itu sendiri.

Salah satu sektor yang mendapatkan pukulan terbesar adalah dunia pariwisata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, mengungkapkan lebih dari 75 juta pekerja pariwisata di seluruh dunia dalam kondisi berisiko akibat penutupan destinasi wisata di masa Pandemi. 

Di Indonesia terdapat lebih dari 13 juta pekerja sektor pariwisata dan 32,5 juta pekerja yang secara tidak langsung terkait pariwisata. Ribuan hotel, ratusan restoran dan agen travel juga sudah tutup. Industri penerbangan dan transportasi lainnya sebagai salah satu pendukung pariwisata juga lumpuh seiring dengan pembatasan kegiatan bepergian lintas wilayah.

Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan pemerintah daerah telah mencoba meringankan beban para pekerja pariwisata.

Bantuan langsung berupa barang kebutuhan pokok, pembebasan pajak, restukturisasi kredit, hingga subsidi listrik telah diterapkan bagi sektor industri pariwisata, namun bantuan ini hanya bersifat sementara, dalam periode jangka panjang dunia pariwisata tidak akan bisa bertahan tanpa langkah yang lebih konkrit. 

Upaya pemerintah untuk membangkitkan kembali dunia pariwisata di tengah Pandemi memang beresiko, tapi resiko kehilangan mata pencaharian bagi jutaan orang yang bekerja di sektor pariwisata bukanlah sesuatu yang dianggap enteng. Pemerintah harus mengambil jalan tengah yang menguntungkan bagi dunia pariwisata tanpa mengorbankan kesehatan para pekerja maupun wisatawan yang berkunjung. 

Organisasi Wisata Dunia, World Travel & Tourism Council (WTTC) telah membentuk dan meluncurkan sejumlah protokol untuk industri pariwisata di era new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru. 

Protokol-protokol ini dapat dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan kembali pariwisata di Indonesia. Protokol kesehatan yang ketat perlu diterapkan oleh setiap pelaku usaha, fasilitas cuci tangan, masker ,face shield tersedia secara memadai, sanitasi, pembatasan jadwal hingga sterilisasi sarana wisata perlu dilakukan secara berkala untuk meminimalisir penyebaran Covid 19. 

Selain itu kesadaran pengunjung untuk disiplin dan mengikuti semua protokol kesehatan menjadi kunci keberhasilan pembukaan kembali aktivitas pariwisata. Kebijakan terkait industri wisata juga perlu dibuat sedemikian rupa untuk memberi kemudahan bagi wisatawan dan pelaku usaha agar dunia pariwisata dapat kembali pulih.

Ancaman Covid 19 memang nyata dan penuh bahaya, tapi hidup dengan ketakutan bukanlah sebuah pilihan. Kita perlu menyesuaikan diri dengan kondisi ini belajar untuk hidup berdampingan dengan Virus yang mengintai, tetap beraktifitas namun selalu waspada, disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

Stress disebut sebagai salah satu faktor yang bisa menurunkan imunitas tubuh sehingga rentan diserang penyakit. Wisata merupakan salah satu aktivitas yang bisa menghilangkan stress, sehingga tubuh dapat kembali segar dan mampu menghalau ancaman penyakit.

Pembukaan destinasi wisata tidak hanya dapat membantu perekonomian namun lebih dari itu, menambah kualitas hidup seseorang agar menjadi lebih bermakna dan bahagia.

Cianjur, 08 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun