Pandemi Covid 19 telah menghantui dunia sejak awal Januari 2020. Berdasarkan data yang dirilis WHO hingga Jumat 7 Agustus 2020, terdapat 18,9 juta kasus Covid 19 di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 709.511 orang.
Di Indonesia, jumlah kasus positif Covid 19 mencapai 121,226 orang dengan 5.593 orang meninggal dunia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan laju penyebaran penyakit ini, namun dengan grafik yang terus menanjak, ancaman Virus Sars Cov-2 belum terlihat ujung pangkalnya.
Tapi di tengah situasi yang mengkhawatirkan ini banyak negara mulai melonggarkan aturan pembatasan kegiatan, Indonesia merupakan salah satu di antaranya, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang sudah diterapkan sejak bulan April mulai diubah dengan Adaptasi Kebiasaan Baru, meski dengan syarat-syarat tertentu sesuai kondisi masing-masing daerah.
Dunia usaha mulai diberikan ijin untuk kembali bergerak, termasuk di antaranya dunia pariwisata, beberapa objek wisata kembali dibuka, hotel dan restoran kembali melayani pelanggan.
Apakah ini keputusan yang tepat? Apakah membuka kembali pariwisata tidak akan menimbulkan klaster baru atau malah memicu meningkatnya penyebaran Covid 19 dengan skala yang lebih luas?
Pandemi Covid 19 ibarat badai menghantam ke segala arah, menghancurkan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Krisis kesehatan, krisis sosial dan budaya dengan munculnya ketakutan berlebihan terhadap Virus Corona, berkembang menjadi krisis ekonomi, yang menurut beberapa ahli akan lebih buruk dari krisis-krisis sebelumnya.
Dunia memasuki resesi global dengan cara yang tidak pernah terjadi sebelumnya, banyak negara sudah mengumumkan negaranya dalam keadaan resesi, Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencatat angka negatif pada dua kuartal terakhir, Indonesia tidak lama lagi akan menyusul.
"kami tahu apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian. Apa yang kita tidak tahu adalah bagaimana menghidupkan kembali orang" kalimat yang disampaikan Presiden Ghana pada akhir Maret 2020 menjadi populer dan mendapat sanjungan dari banyak pihak.Â
Namun dengan kondisi ekonomi yang semakin melemah, semua kalangan dapat merasakan bahwa masalah ekonomi boleh jadi lebih menakutkan dari pada Covid 19 itu sendiri.
Salah satu Lembaga nirlaba yang fokus menyoroti kemiskinan dunia, Oxfam memperingatkan potensi kematian akibat  kelaparan dalam masa pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai 12 ribu orang per hari pada akhir 2020, angka ini menunjukkan bahwa potensi kematian akibat kelaparan bisa merenggut lebih banyak nyawa dari infeksi Sars Cov-2 itu sendiri.
Salah satu sektor yang mendapatkan pukulan terbesar adalah dunia pariwisata. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, mengungkapkan lebih dari 75 juta pekerja pariwisata di seluruh dunia dalam kondisi berisiko akibat penutupan destinasi wisata di masa Pandemi.Â