Mohon tunggu...
Arman Rivai
Arman Rivai Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Teacher

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jenis-jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia

5 Desember 2021   18:05 Diperbarui: 5 Desember 2021   18:21 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Meganthropus 

Jenis manusia purba ini ditemukan dan diteliti oleh peneliti berdarah Jerman-Belanda, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, antara tahun 1936 hingga 1941. 

Von Koenigswald menemukan rahang manusia berukuran besar ini di Sangiran, Jawa tengah. Para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, yang artinya manusia raksasa dari Jawa . Jenis manusia purba ini memiliki ciri tubuh besar yang tegap, memiliki rahang yang kuat, memiliki kening yang menonjol dan tidak memiliki dagu.

Dilihat dari ukuran kepalanya, volume otak meganthropus paleojavanicus diperkirakan memiliki otak yang kecil, tapi memiliki gigi geraham yang lebih besar dari pada manusia purba jenis lain. 

Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuh-tumbuhan. Masa hidup Meganthropus diperkirakan hidup pada zaman Pleistosen Awal atau 1,9 juta tahun yang lalu.

 

2. Pithecanthropus 

Pithecanthropus merupakan fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Jenis manusia ini ditemukan dan diteliti oleh peneliti berkebangsaan Belanda Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Fosil manusia jenis ini juga ditemukan di Cina yang diberi nama pithecanthropus pekinensis. Serta ditemukan juga di daratan Eropa yang dinamakan manusia Piltdown dan manusia Heidelbergensis.

Setelah direkonstruksi oleh para peneliti, terbentuklah kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, yang artinya manusia kera yang berjalan tegak.

Jenis ini juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto pada tahun 1936, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Pithecanthropus juga digolongkan ke dalam rumpun Homo erectus. Adapun ciri-ciri umum pithecanthropus yaitu memiliki tinggi badan sekitar 165-180 cm. 

Memiliki geraham yang besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal dan memiliki tonjolan belakang kepala. Pithecanthropus juga belum memiliki dagu, sementara memiliki hidung yang lebar. Sementara volume otaknya diperkirakan berkisar antara 750-1.300 cc.

Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah. Adapun jenis-jenis Pithecanthropus antara lain Pithecanthropus Erectus yang ditemukan di daerah Lembah Bengawan Solo, daerah Trinil oleh Eugene Dubois tahun 1890.

Pithecanthropus Soloensis yang ditemukan di daerah Ngandong, Solo. Fosilnya ditemukan sekitar tahun 1931 hingga 1933 oleh Oppenoorth dan von Koenigswald. Lalu Pithecanthropus Mojokertensis yang ditemukan di daerah Mojokerto, Jawa Timur oleh Von Koenigswald pada tahun 1936.

 

3. Homo 

Fosil jenis Homo pertama diteliti pada tahun 1889 oleh van Reitschoten di dekat Campurdarat, Tulungagung, Jawa Timur. Penelitian mengenai manusia purba jenis homo dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawannya.

Ciri-ciri jenis manusia ini memiliki alat pengunyah seperti gigi dan otot kunyah yang sudah menyusut. Dahi masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Isi tengkorak kepalanya diperkirakan 1000-2000 cc. Hal ini menunjukkan bahwa manusia purba jenis homo sudah memiliki kecerdasan lebih daripada pithecantropus dan meganthropus. 

Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000 -- 25.000 tahun yang lalu.

Ada pun fosil manusia dari jenis Homo yang ditemukan di Indonesia antara lain

  • Manusia Wajak

Pada tahun 1889, manusia Wajak (Homo wajakensis) ditemukan oleh van Rietschoten di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Temuan itu, berupa tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Mukanya datar dan lebar, akar hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol sedikit. Dahinya agak miring dan di atas matanya ada busur kening. Tengkorak ini diperkirakan milik seorang perempuan berumur 30 tahun dan mempunyai volume otak 1.630 cc.

Fosil Manusia Wajak kedua ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di tempat yang sama. Temuan berupa fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering. Pada tengkorak ini terlihat juga busur kening yang nyata. 

Pada tengkorak laki-laki perlekatan otot sangat nyata. Rahang bawah besar dengan gigi-gigi yang besar. Dari tulang pahanya dapat diketahui bahwa tinggi tubuhnya kira-kira 173 cm.

Manusia Wajak sudah termasuk Homo sapiens, jadi sangat berbeda ciri-cirinya dengan Pithecanthropus. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.

  • Homo soloensis

Fosil Homo soloensis pertama kali ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth dan von Koenigswald antara tahun 1931-1933. Fosil manusia jenis ini ditemukan di daerah Ngandong, Blora, di Sangiran, dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Hasil temuannya berupa sebelas fosil tengkorak, tulang rahang dan gigi.

Saat pertama kali ditemukan , fosil manusia purba ini digolongkan sebagai Homo sapiens dan diberi nama Homo soloensis oleh Oppenoorth. Homo soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000-300.000 tahun yang lalu. Menurut von Koenigswald, Homo soloensis ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus.

Adapun ciri-ciri dari Homo soloensis yaitu memiliki volume otak antara 1000-1200 cc. Memiliki tinggi badan antara 130-210 cm. Otot tengkuknya sudah menyusut, muka tidak menonjol kedepan dan sudah berjalan dengan sempurna sama seperti manusia sekarang.

  • Homo floresiensis/Manusia Liang Bua.

Liang Bua bila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis pada tahun 2004, sempat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ini ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia. 

Manusia Liang Bua atau Homo floresiensis, ditemukan oleh Peter Brown dan Mike Morwood bersama-sama dengan Tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada bulan September 2003, di sebuah gua kapur di Ruteng, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.

Manusia Liang Bua mempunyai ciri yang paling mencolok adalah postur tubuh yang hanya memiliki tinggi 100cm saja atau sepinggang manusia dewasa. Makanya banyak yang menyebut manusia Liang Bua adalah Hobbit dari Flores.  Adapun ciri lainnya yaitu memiliki tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil, dengan volume otak 380 cc.

Referensi :

Amurwani Dwi L., Restu Gunawan, Sardiman AM, Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana. 2016. Sejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hapsari, Ratna, M. Adil. 2018. Sejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Morwood, M. J. (13 October 2005). "Further evidence for small-bodied hominins from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia". Nature. 437: 1012--1017.

Randerson, Jason "Yes, it's a Hobbit. The debate that has divided science is solved at last (sort of)", The Guardian, 21 September 2007

Liputan 6, 2019, Jenis-Jenis Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia, Banyak Macamnya www.liputan6.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun