Manusia Wajak sudah termasuk Homo sapiens, jadi sangat berbeda ciri-cirinya dengan Pithecanthropus. Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang.
- Homo soloensis
Fosil Homo soloensis pertama kali ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth dan von Koenigswald antara tahun 1931-1933. Fosil manusia jenis ini ditemukan di daerah Ngandong, Blora, di Sangiran, dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Hasil temuannya berupa sebelas fosil tengkorak, tulang rahang dan gigi.
Saat pertama kali ditemukan , fosil manusia purba ini digolongkan sebagai Homo sapiens dan diberi nama Homo soloensis oleh Oppenoorth. Homo soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000-300.000 tahun yang lalu. Menurut von Koenigswald, Homo soloensis ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus.
Adapun ciri-ciri dari Homo soloensis yaitu memiliki volume otak antara 1000-1200 cc. Memiliki tinggi badan antara 130-210 cm. Otot tengkuknya sudah menyusut, muka tidak menonjol kedepan dan sudah berjalan dengan sempurna sama seperti manusia sekarang.
- Homo floresiensis/Manusia Liang Bua.
Liang Bua bila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis pada tahun 2004, sempat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ini ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia.Â
Manusia Liang Bua atau Homo floresiensis, ditemukan oleh Peter Brown dan Mike Morwood bersama-sama dengan Tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada bulan September 2003, di sebuah gua kapur di Ruteng, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.
Manusia Liang Bua mempunyai ciri yang paling mencolok adalah postur tubuh yang hanya memiliki tinggi 100cm saja atau sepinggang manusia dewasa. Makanya banyak yang menyebut manusia Liang Bua adalah Hobbit dari Flores. Â Adapun ciri lainnya yaitu memiliki tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil, dengan volume otak 380 cc.
Referensi :
Amurwani Dwi L., Restu Gunawan, Sardiman AM, Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana. 2016. Sejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hapsari, Ratna, M. Adil. 2018. Sejarah Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Morwood, M. J. (13 October 2005). "Further evidence for small-bodied hominins from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia". Nature. 437: 1012--1017.