Di hari rabu selang beberapa hari setelah lebaran  saya beserta keluarga hendak berwisata ke daerah Pantai Tanjung Setia. Kondisi cuacanya mendung berawan sejak pagi.Â
Namun, tak menyurutkan langkah kami untuk berwisata ke salah satu tempat wisata alam yang terletak di daerah Krui, Pesisir Barat, Lampung. Sekitar 22 Km dari rumah orang tua saya.Â
Jalanan yang disuguhkan sangat mulus dan  tidak terlalu ramainya lalu lintas berkendara didaerah ini, membuat waktu tempuh semakin cepat yakni kami hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit agar tiba dilokasi.
Kami baru kali ini mengunjungi tempat itu dan beberapa kali kerap bertanya kepada warga setempat lokasi pantai tersebut. Lagi pula, Google map yang kami pakai hanya mengantar kami sampai gapura Pantai Tanjung Setianya saja sebagai titik akhir.Â
Kemudian setelah bertanya, ternyata masih ada lima ratus meter lagi menuju ke pantainya. Jalanan desa menuju pantai, berupa jalanan aspal berbatu yang terdapat beberapa genangan air dan dihiasi oleh pohon kelapa sepanjang jalan menuju ke sana.
Tidak perlu memakan banyak waktu, tak terasa sudah sampai ditempat wisata tersebut. Pantai Tanjung Setia ini ternyata jika tidak ada suasana lebaran atau lebih tepatnya hari biasa tempat wisata ini tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis.Â
Namun, dikarenakan saya beserta keluarga berkunjung ke sana pada saat momen libur lebaran, maka dikenakan biaya sebesar Rp. 5000 untuk orang dewasa dan anak-anak gratis.
Suasana di sana dari tempat pembayaran tiket masuk hingga ke pantainya, semuanya serba hijau pepohonan, biru air laut yang jernih dan putihnya pasir yang menjadi pijakan kaki kami.Â
Pada saat melihat pantainya saya tak langsung terjun ke air untuk berenang tapi saya menyantap bekal makanan  jenis seafood seperti cumi dan ikan pari dengan rasa yang pedas dan gurih di mulut.Â
Setelah dirasa perut cukup terpenuhi agar ada tenaga dan semangat pada saat bermain. Saya beserta yang lain langsung masuk ke air dan berenang dan bermain pasir.
Disaat kami bermain ombak yang menggulung menuju tepi pantai tidaklah besar, masih bisa dinikmati. Air asin yang membasahi seluruh tubuh kami, membuat kegiatan dipantai itu semakin asyik. Kami juga tak lupa untuk menyempatkan mengambil foto dengan latar belakang sebuah pantai itu.
Lalu pada saat berfoto ria, saya baru menyadari bahwa banyak nelayan yang menjual secara langsung ikan-ikan yang mereka tangkap dengan harga yang sangat ekonomis disana. Ikan-ikan yang mereka tangkap ada yang didapat dengan memakai jaring yang dilempar, dan ada juga yang memakai tombak.
Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari sudah mulai menunjukkan gelapnya. Kami sekeluarga masih betah dan enggan untuk pergi.Â
Namun, karena melihat keadaan yang sudah mau malam dan hujan mulai turun kami sesegera mungkin mau tidak mau haru beranjak dari tempat itu. Ada orang yang bilang, cukup sekali saja mengunjungi suatu tempat supaya kesannya masih tetap terasa.Â
Cukup tahu sedikit saja biar kekagumannya tidak sirna. Tetapi, menurutku pribadi tempat yang hari ini saya kunjungi, ingin kembali lagi dan lagi suatu hari nanti.
Perjalanan kami pulang dari pantai menuju rumah, sama dengan perjalanan saat berangkat dari rumah menuju pantai. Tidak ada yang membedakan secara jelas, yang membedakan hanyalah waktu, sedangkan jalur dan lingkungan yang dilalui tetap sama. Â
Tak perlu dikerumuni gemerlapnya perkotaan. Terkadang juga kebahagiaan hadir oleh sebuah suara derasnya air dan ombak dari tengah laut  hingga sampai ketepian pantai.
Pantai Tanjung Setia menyajikan bagi para pengunjungnya fenomena itu secara alami. Rimbun dedaunan di sekitar pantai itu, batu karang yang berjejer sangat rapih membuat hati menjadi damai tak terbantahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H