Kunci menghadapinya pun hanya satu: sabar.
Saya bukan orang suci juga, kadang-kadang saya pun mengumpat. Tapi dalam hati tentu saja. Kesal soalnya, harap maklum.
Saya mendoakan ayah-ibu para pembaca tulisan ini sehat selalu. Namun apabila suatu hari mereka sakit, kalau bisa ... kalau bisa ... temanilah mereka. Coba ingat masa kita kecil dulu. Merekalah yang mendaftarkan kita berobat, menunggui, merawat, dan sebagainya.
Bagi saudara-saudara saya yang beragama Islam, mari kita sama-sama renungkan firman Allah subhanahu wa ta'alaa berikut ini (Al-Qur'an, surah Al-Ankabut, ayat 8): "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu."
Kita yang berada pada fase "umur produktif" tak mudah dalam meninggalkan aktivitas kerja. Bahkan untuk sekadar mendapatkan izin keluar sebentar dari kantor untuk menemani orang tua belum tentu bisa (kecuali pekerja lapangan, ini masih mungkin).
Saya mendoakan teman-teman, rekan sekalian mendapatkan kemudahan dalam berbakti kepada orang tua. Berbuat baik kepada orang tua tidak mesti hanya menemani berobat. Masih banyak cara lain. Saya hanya menyebutkan satu di antaranya saja.
Kalau kita sudah banyak kalah di dunia, maka jangan sampai kalah untuk urusan akhirat. Berbakti dan berbuat baik kepada orang tua adalah satu dari sekian banyak cara untuk meraih ridho-Nya.
Stay strong, Brothers and Sisters!
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H