Memilih PAUD untuk anak pertama saya merupakan suatu fase yang mengasyikkan sekaligus mengharukan. Banyak diskusi terjadi antara saya dan istri yang pada akhirnya hanya menghasilkan dua indikator dalam mengambil keputusan.
Namun, ayah dan bunda mungkin bisa mengikuti apa yang tercantum dalam artikel "Tips Memilih Sekolah PAUD yang Tepat untuk Anak" (diterbitkan oleh Universitas Negeri Surabaya secara online, 06/12/2024) berikut ini:
Memahami Kebutuhan dan Minat Anak
Orang tua sebaiknya mengindentifikasi seperti apa anak-anaknya, kemudian memasukkannya ke PAUD yang memiliki pendekatan pembelajaran yang sesuai.
Seandainya anak Anda merupakan sosok yang aktif, maka sebaiknya memilih PAUD yang banyak mengadakan aktivitas. Itu sekadar contoh.
Memastikan Izin Operasional dan AkreditasiÂ
Sebaiknya orang tua memilih PAUD yang telah memiliki izin operasional resmi dari pemerintah. Akreditasi adalah suatu indikator bahwa sekolah memenuhi standar pendidikan yang telah ditetapkan.
Kurikulum yang Ditawarkan
Berikut kurikulum PAUD yang seimbang:
- Pembelajaran akademik: mengenalkan angka, huruf, dan warna.
- Pembentukan karakter: nilai moral, kemandirian, dan kerja sama.
- Kegiatan kreatif: seni, musik, atau kegiatan edukatif.
Lingkungan dan Fasilitas
- Kebersihan ruang kelas, toilet, dan area bermain.
- Kelengkapan fasilitas bermain, alat peraga edukatif, dan ruang kegiatan.
- Fasilitas keamanan seperti kontrol pintu gerbang dan pengawasan guru.
Rasio Guru dan Anak
- 1 guru untuk 8-10 anak (usia 3-4 tahun)
- 1 guru untuk 12-15 anak (usia 5-6 tahun)
Perhatikan Metode Pengajaran Guru
Ayah dan bunda harus memberi perhatian khusus tentang bagaimana guru-guru PAUD berinteraksi dengan anak-anak. Apakah mereka ramah? Sabar? Apakah mereka orang yang menyenangkan?
Lokasi dan Biaya
PAUD sebaiknya juga dipilih dengan mempertimbangkan lokasi yang dekat rumah atau tempat kerja sehingga mudah diakses.
Ada baiknya menyesuaikan biaya dengan anggaran yang dimiliki oleh ayah dan bunda tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.
Melibatkan Anak dalam Mengambil Keputusan
Caranya adalah mengajak anak ke PAUD yang dimaksud, kemudian perhatikan respons mereka terhadap lingkungan dan guru di sana.
Menyimak Rekomendasi dan Ulasan
Ayah dan bunda dapat bertanya-tanya kepada orang tua lain yang anaknya sedang bersekolah di PAUD yang bersangkutan maupun yang sudah lulus, mengenai bagaimana keadaan sekolah beserta guru-gurunya.
Apa yang diuraikan dalam artikel tersebut saya pikir benar adanya. Kondisi ideal. Tapi faktanya, saya dan istri tidak bisa terlalu dalam ketika melakukan riset terhadap suatu PAUD untuk anak kami kala itu.
Hal-hal semacam akreditasi masih bisa dicari karena informasi semacam itu memang konsumsi publik. Namun urusan seperti temperamen guru yang ada di sana akan selalu menjadi misteri kecuali bertanya kepada "ibu-ibu setempat".
Maka dua faktor utama, seperti yang disebutkan pada awal paragraf, untuk memutuskan di mana anak saya akan masuk PAUD adalah lokasi dan biaya. Sisanya, riset kami seputar mencari kesaksian para orang tua lain yang anaknya pernah menjalani pendidikan di PAUD yang kami inginkan.
Sebut saja PAUD XYZ. Saya dan istri mendapatkan informasi baik dan kurang baik. Lima puluh versus lima puluh, anggap saja begitu.
Karena beberapa pertimbangan dan biaya sekolah yang lumayan terjangkau, maka anak pertama kami masuk ke lembaga tersebut.
Tahun pertama, saya dan istri sangat puas dengan program dan guru-gurunya. Terutama wali kelas anak kami yang sangat ramah dan kooperatif.
Sayangnya, tahun 2024 ini (tahun kedua), sekarang anak kami mendapatkan wali kelas yang berbanding terbalik 180 derajat jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Contoh, misalnya ada kegiatan untuk esok hari, wali kelasnya yang sekarang biasanya memberitahukan info kepada para orang tua dalam waktu selambat-lambatnya. Sementara kelas-kelas lain mendapatkan informasi lebih awal sehingga orang tua mereka jauh lebih sigap saat mempersiapkan segala sesuatunya.
Sementara itu, ketika saya mendengar kisah-kisah dari orang lain yang menyekolahkan anaknya di tempat yang lebih "mewah", jarang ada yang mengecewakan.
Jika benar klaim "memuaskan" dari orang-orang tersebut, maka ternyata prinsip "ada harga ada rupa" juga berlaku pada sebagian lembaga pendidikan ... saya ulangi ... sebagian ... tidak semua.
Yaaa ... gimana, ya. Mungkin sama seperti perbedaan kelas dalam dunia penerbangan. Beda harga, beda pelayanan. Jangan-jangan seperti itu. Entahlah.
Intinya, melalui karya tulis ini saya ingin menyarankan kepada para orang tua yang punya rezeki berlebih agar memasukkan anak Anda ke PAUD yang berkualitas, karena masa-masa ini merupakan periode yang krusial dalam membentuk kepribadian anak-anak kita.
Semoga Allah subhanahu wa ta'alaa memudahkan segala niat baik. Aaammin!
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI