Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Hubungan Antara Lonely Marriage dengan Sikap Terlalu Cinta Dunia

31 Oktober 2024   10:32 Diperbarui: 4 November 2024   10:55 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pixabay.

Berdasarkan berbagai sumber informasi, akhirnya saya menyimpulkan bahwa lonely marriage adalah situasi di mana pasangan yang menikah terpisah secara emosional meski bersama secara fisik, atau satu, bahkan keduanya, merasa terabaikan dalam segala hal.

Mungkin secara sederhana bisa dikatakan pasangan seperti ini sudah jarang melakukan pembicaraan yang berkualitas. Melaksanakan sesuatu untuk menggugurkan kewajiban rumah tangga saja.

Secara pribadi, saya dan pasangan belum pernah merasakan apa yang disebut lonely marriage ini, dan kami berdoa agar jangan sampai terjadi. Namun tema tersebut menjadi materi belajar saya dan istri agar menjadi lebih baik.

Saya mengutip dari artikel "3 Ways to Know If You're in A Lonely Marriage, From A Psychologist" (forbes.com, 11/02/2024), yang ditulis oleh Mark Travers. Dia menyebutkan tiga cara untuk mengetahui apakah Anda sedang berada pada fase lonely marriage atau tidak.

Pertama, Anda dan pasangan tidak terhubung secara emosional. Misalnya jarang membicarakan hal-hal yang bermakna atau menghindari pembicaraan yang penting dalam hubungan.

Kedua, Anda dan pasangan lebih banyak beraktivitas di luar rumah dengan alasan yang dibuat-buat, melakukan hobi yang berbeda, dan menemukan pembelaan untuk menjauhi pasangan.

Ketiga, tempat tidur Anda dan pasangan sudah terlalu banyak debu! Keintiman seksual merupakan aspek penting. Jika terjadi penurunan kegiatan seksual antara Anda dan pasangan, bisa jadi itu menjadi tanda ketidakpuasan atau putusnya koneksi emosional.

Travers menyatakan bahwa dengan mengenali penyebab permasalahan maka akan tercipta jalan menuju solusi.

Saya setuju mengenai apa yang dijabarkan oleh Travers, karena kadang-kadang dalam suatu hubungan kita lebih banyak "menebak" isi pikiran pasangan ketimbang berbicara secara terbuka. Waktu membaca artikel karya Travers, isti saya mengangguk-angguk.

"Apakah kamu mengerti sekarang?" tanya saya.

"Kamu itu yang harus mengerti!" seru istri saya sambil lempar bantal ke arah saya.

Lha ... kok jadi saya yang disuruh ngerti.

Sebagai bagian dari umat Islam, saya dan istri akan mempelajari lebih jauh bagaimana melanggengkan pernikahan dalam perspektif agama kami.

Dalam artikel "Cara Mewujudkan Keluarga Bahagia, Aman, Tentram, dan Harmonis" (ntb.kemenag.go.id, 11/01/2021) yang ditulis oleh Muh. Hanafi, S.S., M.Sy., disebutkan bahwa ada sembilan cara dalam mewujudkan keluarga bahagia.

  • Terima kelebihan dan kekurangan pasangan.
  • Memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan pada masa lalu.
  • Menjalin komunikasi.
  • Meminta maaf terlebih dahulu.
  • Hindari buruk sangka.
  • Memperbaiki diri.
  • Jangan menutup diri.
  • Utamakan kebahagiaan anak.
  • Berdoa.

Faktor "berdoa" menjadi interes khusus untuk saya pribadi. Saya mengingat kembali kapan terakhir kali saya berdoa dengan adab yang benar.

Ternyata saya hanya mengingat samar-samar saja. Menduga belaka tentang kapan saya berdoa dengan baik. Semoga perkara semacam ini tak terjadi lagi.

Berdoa ini bukan perkara main-main. Ada waktu yang utama, cara, dan lain sebagainya. Orang yang beragama Islam sebaiknya jangan memandang remeh hal-hal seperti itu karena sangat penting.

Bayangkan kita telah berusaha sebaik mungkin menjalani rumah tangga, namun melupakan Allah subhanahu wa ta'alaa dalam setiap tarikan nafas.

Logika saya sederhana: melupakan Tuhan berarti akan dengan mudah terjerumus dalam segala tindakan dosa. Sementara itu dosa akan mengarahkan hidup kita kepada penderitaan dunia dan akhirat. Penderitaan dunia itu satu diantaranya adalah perpecahan dalam rumah tangga.

Mari kita renungkan bersama firman Allah subhanahu wa ta'alaa dalam surah Al-Hasyr, ayat 19: "Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik."

Tak lupa, mari kita pahami baik-baik tentang firmah Allah subhanahu wa ta'alaa yang tertuang dalam surah Thaha ayat ke-126: "Memang seperti itulah balasanmu. Dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu engkau mengabaikannya. Begitu pula pada hari ini engkau diabaikan."

Oleh karena itu, sebagai umat Islam, saya dan Anda wajib mempelajari lebih dalam tentang cara berdoa dan beribadah yang benar. Meski kita sejak kecil sudah belajar mata pelajaran agama Islam. Tapi percayalah, banyak hal yang belum kita pahami.

Begini maksud saya, jangan-jangan ketika kita menghadapi kesulitan hidup dalam bentuk apa pun, bisa jadi penyebabnya adalah karena terlalu cinta dunia dan telah melupakan Tuhan begitu dalam.

Atau bisa jadi sebenarnya kesulitan tersebut merupakan tanda kasih dari Tuhan kepada kita agar kembali ke jalan-Nya. Bukankah begitu, Kawan?

----

Dicky Armando, S.E. - Pontianak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun